Proyek MRT Balaraja–Cikarang menjadi langkah penting menuju transportasi publik modern dan ramah lingkungan. Dengan dukungan JICA dan ADB, jalur sepanjang 84 km ini diharapkan mengurangi kemacetan, menekan emisi, dan memperkuat konektivitas Jabodetabek. (Foto: Wikimedia Commons @Vulphere)JAKARTA | BD — Proyek Mass Rapid Transit (MRT) Jalur Timur–Barat Balaraja–Cikarang resmi ditargetkan mulai dibangun pada tahun 2026. Kehadiran jalur baru ini diharapkan menjadi solusi efektif untuk mengatasi kemacetan di wilayah Jabodetabek, sekaligus memperkuat konektivitas lintas provinsi melalui transportasi massal yang ramah lingkungan.
Corporate Secretary PT MRT Jakarta (Perseroda) Ahmad Pratomo menjelaskan, pihaknya kini sedang memfinalisasi seluruh tahapan persiapan teknis agar groundbreaking atau peletakan batu pertama dapat dilaksanakan tepat waktu.
“Jalur lain yang sedang diupayakan terlaksana pada tahun ini adalah jalur East–West Fase 1 Stage 1 dengan rencana groundbreaking pada kuartal III/2026,” ujar Ahmad, dikutip dari bisnis.com, Minggu (9/11/2025).
Sebelumnya, Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat menyebutkan bahwa proyek ini semula dijadwalkan mulai pada 2024. Namun, karena koordinasi dengan sejumlah pihak masih berlangsung, jadwal pembangunan bergeser menjadi tahun 2026.
Pada Fase 1 Tahap 1, MRT Jakarta akan membangun jalur sepanjang 24,5 kilometer dari Tomang hingga Medan Satria, termasuk jalur akses depo di Rorotan sepanjang 5,9 kilometer.
Rute ini terdiri atas 21 stasiun yang menggabungkan desain layang dan bawah tanah — bagian bawah tanah membentang dari Roxy hingga Galur, sementara bagian layang meliputi segmen Tomang–Grogol dan Cempaka Baru–Ujung Menteng.
Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat menegaskan, pembangunan jalur Timur–Barat akan mempercepat pergerakan masyarakat di wilayah perkotaan dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
“MRT menjadi tulang punggung transportasi urban modern yang efisien, inklusif, dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Untuk mendukung prinsip keberlanjutan, MRT Jakarta telah menyiapkan Design Reference for Sustainable and Resilient Infrastructure sebagai pedoman teknis dalam membangun infrastruktur tangguh yang efisien energi dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Secara keseluruhan, jalur MRT Timur–Barat Balaraja–Cikarang akan membentang 84 kilometer, melintasi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Proyek ini terbagi menjadi empat tahap pembangunan:
1. Fase 1 Tahap 1: Tomang – Medan Satria (24,5 km)
2. Fase 1 Tahap 2: Kembangan – Tomang (9,2 km)
3. Fase 2 Timur: Medan Satria – Cikarang (21,8 km)
4. Fase 2 Barat: Kembangan – Balaraja (29,9 km)
Nantinya, jalur ini akan terintegrasi dengan MRT Utara–Selatan di Stasiun Thamrin, sehingga penumpang bisa berpindah koridor dengan mudah.
Pembangunan MRT Balaraja–Cikarang Fase 1 Tahap 1 akan didukung pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Asian Development Bank (ADB).
– JICA akan membiayai pekerjaan bawah tanah sepanjang 8,6 km (Grogol–Cempaka Baru), mencakup delapan stasiun bawah tanah, sistem rel, dan armada.
– ADB akan membiayai jalur layang sepanjang 15,9 km (Tomang–Grogol dan Cempaka Baru–Medan Satria) dengan total 13 stasiun layang.
Pinjaman Jepang sebesar ¥140,69 miliar atau sekitar Rp14,51 triliun diberikan melalui skema Special Terms for Economic Partnership (STEP), dengan bunga rendah 0,3% per tahun dan tenor hingga 40 tahun.
Berikut daftar 21 stasiun yang akan dibangun dalam proyek ini:
Tomang, Grogol, Roxy, Petojo, Cideng, Thamrin, Kebon Sirih, Kwitang, Senen, Galur, Cempaka Baru, Sumur Batu, Pakulonan Barat, Pakulonan Timur, Perintis, Pulo Gadung, Penggilingan, Cakung Barat, Pulo Gebang, Ujung Menteng, dan Medan Satria.
Depo utama akan dibangun di Rorotan, lengkap dengan jalur akses sepanjang 5,4 kilometer untuk mendukung perawatan dan operasional armada.
Proyek MRT Balaraja–Cikarang akan menjadi koridor transportasi utama yang menghubungkan kawasan industri di Bekasi, pusat bisnis Jakarta, dan kawasan pengembangan di Tangerang.
Selain meningkatkan efisiensi mobilitas, proyek ini juga diharapkan mampu:
1. Mengurangi kemacetan dan emisi karbon,
2. Meningkatkan konektivitas ekonomi regional,
3. Mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di wilayah Jabodetabek.
Dengan dukungan pemerintah, pendanaan internasional, dan penerapan teknologi modern, MRT Balaraja–Cikarang 2026 menjadi simbol transformasi menuju transportasi publik yang hijau, efisien, dan berkelanjutan di Indonesia. (*)
Tidak ada komentar