Muhasabah Pendidikan Keluarga di Akhir Zaman

waktu baca 3 menit
Jumat, 29 Des 2023 18:11 0 37 Redaksi

OPINI | BD — Setiap kita sudah barang tentu memiliki kekhilafan antar sesama manusia, tetapi sebaik-baiknya manusia, kata Allah, yang bersegera bertaubat dan memperbaiki diri dan keluarga. Tanpa terasa kita sudah di penghujung tahun masehi, itu menandakan beberapa hari ke depan akan berganti tahun baru.

Tentunya menjadi manusia yang baik dan benar merupakan sebuah keharusan bagi kita. Islam mengajarkan untuk selalu bermuhasabah, muhasabah merupakan introspeksi diri atau menghitung-hitung kesalahan supaya bisa diperbaiki menjadi kebaikan.

Dalam bahasa Arab akar kata muhasabah diambil dari kata hasabah, yuhasibu, hisaban artinya menghitung. Penuturan sahabat Nabi, Umar Bin Khattab yang hakikatnya mengingatkan buat kita semua yaitu Hasibu Anfusakum Qobla Antuhasabu, artinya hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.

Allah SWT dalam firmannya memperingat kita ciptaannya yang artinya : Hai orang orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan.

Dari ayat di atas, setiap kita wajib mempersiapkan bekal untuk menghadap Allah. Selain bekal, semua pekerjaan kita di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya. Kehidupan sebuah proses penggemblengan dan pendidikan lewat kesalahan menjadikan kita bijak dalam menempuh hidup dalam kehidupan.

Ketika kita diamanahi oleh Allah berupa anak maka yang kita lakukan menjaga dan mengurus amanah dengan sebaik-baiknya, karena amanah atau titipan itu nantinya akan diserahkan kepada yang punya yaitu Allah SWT.

Dr Zulkifli, MA, ketiga dari kiri, berpose bersama jamaah usai salat Jumat di Masjid At Toyyibah, Jumat, 29 Desember 2023. (Foto : Istimewa)

Ketika kita menginginkan keluarga yang ideal atau baik tentunya harus punya ilmu dan akhlak dalam mendidik dan mengajarkan kepada keluarga. Proses usaha secara sadar dan sabar dalam membimbing dan membina dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kesabaran dan optimis pada diri anak merupakan suatu kewajiban.

Tentunya sebagai wadah dan persiapan anak manakala dia tumbuh remaja dan dewasa sudah terbentuk kepribadiannya. Jangan sampai kedekatan emosional antara kedua orang tua dan anak tidak terbangun akibatnya fatal, maka akan menimbulkan rasa kurang percaya diri pada anak, menjadi kasar karena kurang perhatian dan mudah terpengaruh teman.

Allah SWT berfirman dalam surat 4 ayat 9 yang artinya : Dan hendaknya setiap orang tua takut kepada Allah ketika meninggalkan putra dan putrinya dalam kondisi yang lemah, dan bertakwalah kepada Allah dan hendaknya bertutur kata yang benar.

Dari ayat di atas sebagai orang tua harus memberikan pendidikan agama yang cukup sebagai penyaring dan benteng kehidupan. Maka dalam setahun, sebulan, seminggu dan sehari sudah selayaknya kita memberikan contoh kepada keluarga untuk selalu muhasabah diri, tentunya untuk memperbaiki keluarga, masyarakat bahkan bangsa.

Dengan kita bermuhasabah mudah-mudahan keberkahan akan diturunkan Allah SWT, sebagaimana firman Allah surat Al A’rof ayat 96 yang artinya : Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, niscaya kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi tetapi jika mereka mendustakan maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

Semoga kita selalu diberikan hidayah dan ampunan Allah SWT aamiin. Wallahu A’lam bishawwab.

Penulis : Dr Zulkifli, MA
Dosen Fakultas Agama Islam UMT Dan UIN Jakarta. (Red)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA