BANTEN | BD — Gelombang semangat melawan korupsi kembali bergema di kalangan pemuda pada peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia 2025. Salah satu tokoh yang menonjol adalah Abraham Garuda Laksono, politisi muda dari PDI Perjuangan yang berasal dari generasi Z, yang menyampaikan pandangan kuat tentang dedikasi kaum muda dalam menentang praktik korupsi di Tanah Air.
Dalam dialog dengan jurnalis, Abraham menyoroti bahwa korupsi tidak sekadar masalah kehilangan dana publik, melainkan ancaman serius terhadap harapan generasi mendatang. “Korupsi bukan hanya tentang uang yang lenyap, tapi juga tentang masa depan pemuda yang dicuri, impian yang dipotong sebelum berkembang,” ungkapnya pada Selasa, 9 Desember 2025.
Ia menjelaskan bahwa dampak korupsi bersifat jangka panjang dan sering kali terabaikan. Menurutnya, setiap penggelapan anggaran berarti hilangnya peluang bagi masyarakat, khususnya kaum muda yang memerlukan dukungan seperti akses pendidikan, lapangan pekerjaan, dan program kebijakan yang mendukung. “Setiap sen yang dikorupsi adalah kesempatan yang hilang, seperti bantuan pendidikan, posisi kerja, dan langkah-langkah yang seharusnya menguntungkan rakyat,” tambahnya.
Sebagai figur politik baru, Abraham menyatakan bahwa generasi saat ini tidak boleh melanjutkan kebiasaan buruk dari masa lalu. Ia menegaskan bahwa masuknya pemuda ke dunia politik harus membawa angin perubahan. “Generasi kami tidak datang untuk melanjutkan tradisi lama. Kami ada untuk memperbaiki,” tegas pria yang dikenal lantang soal nilai-nilai kejujuran dan etika dalam politik.
Ia juga mengatakan bahwa dunia politik sebaiknya menjadi arena pelayanan kepada masyarakat, bukan ajang mengejar kepentingan pribadi. Prinsip ini, menurutnya, harus menjadi landasan bagi semua pemuda yang terjun di bidang publik dan pemerintahan.
Abraham selanjutnya mendorong seluruh pemuda di Banten dan seluruh Indonesia untuk menjadikan integritas sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Ia percaya bahwa keberanian untuk transparan, jujur, dan menolak tegas praktik korupsi harus dibangun sejak awal. “Berani bertanya, berani mengawasi, dan berani menolak terlibat dalam tindakan buruk,” serunya.
Ia menambahkan bahwa transformasi besar dalam memerangi korupsi tidak hanya tergantung pada penegak hukum, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat, khususnya pemuda yang memiliki semangat, pandangan, dan idealism yang lebih segar. “Korupsi hanya bisa diakhiri jika kita berani jujur. Dan keberanian itu ada di generasi kami,” ujarnya.
Abraham menegaskan bahwa Indonesia yang lebih bersih dan optimis hanya mungkin jika semua pihak, terutama pemuda, ikut serta dalam pengawasan dan pendidikan masyarakat tentang korupsi. “Waktunya membangun masa depan yang lebih bersih dan cerah, dimulai dari kita, saat ini juga,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar