OPINI | BD — Transformasi digital tidak lagi sebatas mengubah cara manusia berkomunikasi atau bekerja, tetapi juga menyentuh aspek paling mendasar dalam kehidupan: kesehatan. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mendorong lahirnya layanan kesehatan digital atau e-health, sebuah pendekatan baru yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, dan jangkauan pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2022).
Di Indonesia, kehadiran layanan kesehatan digital menjadi jawaban atas berbagai persoalan klasik dunia medis, mulai dari keterbatasan fasilitas kesehatan, tingginya biaya konsultasi, hingga kesenjangan akses bagi masyarakat tertentu. Dengan semakin masifnya penggunaan internet dan smartphone, aplikasi kesehatan berbasis dokter kini hadir sebagai alternatif yang lebih praktis dan inklusif.
Salah satu contoh nyata dari transformasi tersebut adalah Alodokter, aplikasi kesehatan digital yang menghubungkan masyarakat langsung dengan dokter profesional. Kehadiran platform ini mencerminkan konsep E-Healthy, yakni upaya menjaga dan mengelola kesehatan melalui pemanfaatan teknologi digital secara berkelanjutan, tidak hanya untuk pengobatan, tetapi juga edukasi dan pencegahan.
Teknologi Digital dan Perubahan Pola Layanan Kesehatan
Konsep e-health mencakup berbagai layanan, mulai dari telemedicine, sistem informasi medis, hingga edukasi kesehatan berbasis digital. Dalam konteks ini, TIK berperan sebagai jembatan komunikasi antara tenaga medis dan pasien. Interaksi yang sebelumnya mengharuskan pertemuan fisik kini dapat dilakukan melalui layar gawai.
Menurut Nasrullah (2022), media digital telah membentuk masyarakat jaringan yang memungkinkan arus informasi berjalan cepat, terbuka, dan lintas batas. Dalam layanan kesehatan, kondisi ini berdampak positif pada efisiensi waktu dan biaya, serta memperluas akses informasi medis yang sebelumnya sulit dijangkau oleh sebagian masyarakat.
Alodokter memanfaatkan teknologi ini melalui berbagai fitur, seperti konsultasi dokter daring, artikel kesehatan, pencarian fasilitas kesehatan, dan rekomendasi obat. Fitur konsultasi memungkinkan pengguna menyampaikan keluhan kesehatan dan memperoleh saran medis awal tanpa harus datang langsung ke fasilitas kesehatan. Sementara itu, konten edukasi kesehatan yang disediakan turut berkontribusi pada peningkatan literasi kesehatan masyarakat.
Mahasiswa dan Kelompok Rentan: Siapa yang Paling Terbantu?
Keberadaan aplikasi kesehatan digital menjadi sangat relevan bagi kelompok masyarakat rentan, termasuk mahasiswa dengan keterbatasan ekonomi. Berdasarkan pengalaman seorang mahasiswa pengguna Alodokter, aplikasi ini membantu dalam mengatasi keluhan kesehatan ringan seperti demam, sakit kepala, dan gangguan pencernaan tanpa harus mengeluarkan biaya transportasi atau menghadapi antrean panjang di fasilitas kesehatan.
Pilihan menggunakan layanan kesehatan digital bukan semata karena tren, tetapi karena kebutuhan. Keterbatasan biaya dan waktu membuat layanan telemedicine menjadi solusi rasional. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi digital berperan penting dalam memperluas akses kesehatan dan mengurangi ketimpangan layanan medis di masyarakat.
Temuan ini sejalan dengan penelitian Putri dan Pratama (2023) yang menyebutkan bahwa telemedicine dapat meningkatkan kepercayaan dan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan, khususnya pada kelompok usia muda dan masyarakat berpenghasilan terbatas.
Komunikasi Kesehatan di Era Digital
Lebih dari sekadar alat teknis, aplikasi kesehatan digital juga membawa perubahan dalam pola komunikasi kesehatan. Relasi antara dokter dan pasien tidak lagi sepenuhnya bersifat hierarkis, melainkan lebih dialogis. Pasien memiliki ruang untuk bertanya, mencari informasi, dan memahami kondisi kesehatannya secara mandiri.
Rahman (2024) menegaskan bahwa komunikasi kesehatan digital membuka peluang terwujudnya patient-centered care, di mana pasien dilibatkan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan terkait kesehatannya. Dalam konteks ini, Alodokter tidak hanya berfungsi sebagai media konsultasi, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan pasien.
Konsep E-Healthy menjadi semakin relevan karena menempatkan teknologi sebagai pendukung gaya hidup sehat berbasis pengetahuan. Masyarakat didorong untuk tidak hanya mengobati penyakit, tetapi juga memahami pencegahan dan perawatan kesehatan sejak dini.
Tantangan di Balik Kemudahan
Meski menawarkan banyak manfaat, layanan kesehatan digital tidak lepas dari tantangan. Isu keamanan data pribadi, kesenjangan literasi digital, serta keterbatasan diagnosis tanpa pemeriksaan fisik langsung menjadi persoalan yang perlu mendapat perhatian serius. Tanpa regulasi dan pengawasan yang kuat, layanan kesehatan digital berpotensi menimbulkan risiko baru bagi pengguna.
Oleh karena itu, pengembangan aplikasi kesehatan digital harus diiringi dengan kebijakan perlindungan data, peningkatan literasi digital masyarakat, serta kolaborasi yang erat antara pemerintah, tenaga medis, dan penyedia platform.
Penutup
Perkembangan Teknologi Informasi dalam konsep E-Healthy telah membawa angin segar bagi sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Melalui aplikasi seperti Alodokter, akses layanan kesehatan menjadi lebih terbuka, efisien, dan inklusif, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan seperti mahasiswa.
Ke depan, layanan kesehatan digital diharapkan tidak hanya berkembang secara teknologi, tetapi juga secara etis dan berkelanjutan. Dengan dukungan regulasi yang tepat dan kesadaran masyarakat yang meningkat, E-Healthy dapat menjadi fondasi penting dalam mewujudkan kesehatan untuk semua.
Penulis: Hani Amalia Rizki
Mahasiswi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Referensi
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Transformasi Digital Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
- Nasrullah, R. (2022). Media Digital dan Masyarakat Jaringan. Jakarta: Kencana.
- Putri, A. N., & Pratama, R. A. (2023). Pemanfaatan Telemedicine dalam Pelayanan Kesehatan Digital di Indonesia. Jurnal Teknologi Kesehatan Indonesia, 5(2).
- Rahman, F. (2024). Komunikasi Kesehatan di Era Digital: Tantangan dan Peluang E-Health. Jurnal Ilmu Komunikasi dan Kesehatan, 9(1). (*)
