Site icon BantenDaily

Gelar Kampanye di Kota Serang, WALHI Sorot Krisis Ekologi di Banten

WALHI bersama organisasi masyarakat sipil menggelar kampanye simpatik menyoroti berbagai krisis lingkungan hidup di Banten saat Car Free Day di Kota Serang, Minggu pagi, 2 Juni 2024. (Foto : Dok. WALHI untuk BantenDaily)

SERANG | BD — Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Eknas WALHI) bersama organisasi masyarakat sipil dan mahasiswa menggelar kampanye Pulihkan Banten dari krisis Ekologi di lokasi Car Free Day di Kota Serang, Minggu, 2 Juni 2024.

Kegiatan tersebut rangkaian dari Pekan Rakyat Lingkungan Hidup WALHI dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang akan berlangsung hingga 5 Juni 2024.

Dipilihnya aksi kampanye di lokasi Car Free Day diterangkan Kepala Divisi Perencanaan, Monitoring, Evaluasi, Learning Program Eknas WALHI Tubagus Soleh Ahmadi untuk mengedukasi sekaligus mengajak masyarakat terlibat aktif memperjuangkan upaya memulihkan Indonesia dan khususnya wilayah di Banten dari krisis ekologi.

Soleh Ahmadi menerangkan, kebijakan politik dan ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan dan akumulasi modal telah memperburuk penderitaan rakyat, menyebabkan bencana ekologis dan perampasan ruang hidup.

Tinjauan Lingkungan Hidup (TLH) WALHI 2024, kata dia, menyoroti kegagalan agenda lingkungan hidup dalam pemerintahan Jokowi yang menyebabkan krisis saat ini.

“Pemerintah terus mengejar dana luar negeri dengan mengobral sumber daya alam, menciptakan utang negara sebesar Rp 7.014,58 triliun per Februari 2022. Ketergantungan ini dimanfaatkan oleh oligarki untuk mengendalikan politik sumber daya alam, dengan kebijakan yang menguntungkan korporasi dan mengabaikan masyarakat sipil, seperti UU Minerba, UU Cipta Kerja, dan Proyek Strategis Nasional,” terangnya.

Salah satu contoh kebijakan yang mengorbankan keselamatan rakyat, lanjut dia, adalah polusi udara dari PLTU Suralaya di Banten. Menurut riset Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), polusi dari PLTU ini menyebabkan 1.470 kematian setiap tahun dan kerugian kesehatan hingga Rp 14,2 triliun.

Polusi ini juga berdampak buruk pada masyarakat sekitar, termasuk Serang dan Cilegon yang berpenduduk 13 juta jiwa, serta menjadi penyumbang utama polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. Tak jera dengan kegagalan PLTU, pemerintah memprogramkan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Padarincang.

“Persoalan lingkungan lainnya di Banten meliputi banjir setiap musim hujan, tambang pasir laut, dan masalah sampah yang tak kunjung teratasi. Pertumbuhan populasi dan urbanisasi meningkatkan volume sampah, sementara tempat pembuangan akhir di Banten sudah melebihi kapasitas. Pengelolaan sampah yang buruk menyebabkan pencemaran tanah dan air serta masalah kesehatan bagi penduduk sekitar.”

Tubagus Ahmadi yang juga Ketua Pelaksana Pekan Raya Lingkungan Hidup 2024 menambahkan, sungai-sungai seperti Ciujung dan Cisadane tercemar oleh limbah industri, dan limbah beracun dari industri di Tangerang dan Cilegon mengancam sumber daya air. Pencemaran dari limbah industri dan rumah tangga merusak kualitas air laut dan kesehatan biota laut, termasuk kerusakan terumbu karang dan ekosistem laut (Utamanya Kerusakan Mangrove).

Aktivitas pertambangan pasir di Serang dan Lebak, kata dia, menyebabkan erosi, sedimentasi, dan hilangnya habitat. Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan perumahan sering mengabaikan aspek lingkungan, menyebabkan perubahan tata guna lahan dan kerusakan ekosistem alami.

“Kebijakan ugal-ugalan yang terus dipraktekkan oleh rezim tentu tak bisa dibiarkan terus merusak sendi-sendi kehidupan. Rakyat harus segera mengkonsolidasikan kekuatan dan memobilisasi perlawanan,” tegasnya.

Ditambahkan Mad Haer, Koordinator Pena masyarakat yang turut menjadi bagian dalam aksi tersebut, pemilihan Banten sebagai tuan rumah Pekan Rakyat Lingkungan Hidup menjadi penanda makin buruknya pengelolaan lingkungan di daerah ini.

“Kampanye di lokasi di lokasi Car Free Day adalah sebuah upaya untuk menyampaikan pesan kepada publik, jika kebijakan pemerintah terus mendukung industri ekstraktif, maka masyarakat harus siap bersama bencana. Namun jika rakyat ingin berdaulat atas sumber-sumber penghidupan, menikmati kualitas lingkungan dan kualitas hidup yang layak, maka tidak pilihan lain selain berjuang,” katanya.

Untuk itu pada momentum Car Free Day, dia mengajak warga Kota Serang untuk ambil bagian dalam aksi-aksi menolak ekspansi industri ekstraktif dan segala bentuk kebijakan yang merusak lingkungan dan merampas ruang hidup rakyat.

Untuk diketahui, organisasi yang turun aksi dalam kampanye itu di antaranya WALHI, Pena Masyarakat, DMC Dompet Dhuafa, DD Volunteer Banten, KMPLHK RANITA UIN Jakarta, KMS 30, IPNU Kabupaten Serang, Mahasiswa UNTIRTA, Mahasiswa UIN Banten
dan Mahasiswa UPG. (Rls)

Exit mobile version