Gerakan Pelajar Banten Akhiri Bullying di Sekolah

waktu baca 2 menit
Senin, 17 Nov 2025 15:17 29 Nazwa

TANGERANG | BD — Suasana pagi di SMA Negeri 18 Kabupaten Tangerang terasa berbeda dari biasanya. Para siswa duduk rapi, namun ada keheningan yang aneh—tanda bahwa upacara hari itu bukan sekadar kegiatan rutin. Mereka berkumpul bukan hanya untuk mendengarkan amanat, melainkan untuk memahami isu yang sering terjadi secara diam-diam: perundungan.

Upacara dipimpin oleh Wadirpamobvit Polda Banten, AKBP Mirodin, dengan pesan yang sederhana tapi kuat: “Bersama Melawan Bullying dan Perundungan.”

Kepala Sekolah, Hj. Mariani, beserta sejumlah pejabat hadir menyaksikan jalannya upacara. Di wajah siswa terlihat perpaduan antara rasa penasaran dan harapan—ada yang pernah menjadi korban, ada yang menyaksikan, dan mungkin beberapa tanpa sadar pernah menjadi pelaku.

Dalam sambutannya, AKBP Mirodin menyampaikan pesan dengan nada hangat, bukan menggurui. Ia menekankan bahwa bullying bukan hanya soal kekerasan fisik, melainkan juga kata-kata yang menyakiti, perlakuan yang mengucilkan, atau sikap yang membuat orang lain merasa tidak nyaman. Semua itu bisa meninggalkan luka yang sulit hilang.

Beberapa siswa menundukkan kepala, seolah mengenang pengalaman pribadi, sementara yang lain mengangguk, menyadari bahwa perundungan bukanlah hal yang bisa dianggap remeh.

AKBP Mirodin menambahkan bahwa perundungan tidak hanya merugikan korban, tetapi juga pelaku, dengan konsekuensi sosial hingga hukum.
“Setiap tindakan memiliki akibat. Kalian berhak hidup di lingkungan yang aman,” tegasnya.

Ia menekankan lima hal penting kepada siswa: memahami dampak bullying, menumbuhkan empati, menghargai perbedaan, memilih lingkungan pergaulan yang positif, dan menyadari bahwa hukum melindungi setiap orang dari kekerasan, termasuk perundungan.

Sejumlah siswa saling bertukar pandang, mungkin mulai merenungkan tindakan kecil mereka selama ini—candaan berlebihan, ejekan yang dianggap lucu, atau sikap diam saat melihat teman diperlakukan tidak adil.

Menutup upacara, AKBP Mirodin mengingatkan bahwa generasi muda adalah harapan bangsa.
“Tanamkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap langkah. Kalian adalah bagian dari Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.

Saat upacara selesai, angin pagi seolah membawa pesan itu berkeliling halaman sekolah—tentang keberanian, empati, dan perubahan yang dimulai dari diri sendiri. Hari itu, para siswa SMA 18 seakan mengambil langkah kecil untuk menjadikan lingkungan mereka lebih aman dan manusiawi. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA