KOLOM | BD — Dalam kearifan Sunda, ada sebuah peribahasa yang penuh makna:
“Sina logor dina liang jarum, ulah sereg dina buana.”
Artinya, jadilah pribadi yang bisa menyesuaikan diri dalam situasi sesempit apa pun, tapi jangan merasa sempit di dunia yang begitu luas.
Ungkapan ini sederhana, tetapi mengandung filosofi hidup yang dalam. Ia mengajarkan kita untuk lentur seperti air — bisa mengikuti bentuk wadah tanpa kehilangan jati diri. Dalam kehidupan, tidak semua jalan mulus. Kadang kita harus melewati “liang jarum” — masa sulit, tekanan, atau situasi yang menantang. Tapi justru di sanalah nilai kesabaran dan keluwesan diuji.
Bayangkan seseorang yang sabar menghadapi kerasnya hidup, tetap rendah hati di tengah kesempitan, tapi juga tidak kalah luas pandangannya saat dunia memberi kesempatan besar. Itulah inti pesan dari peribahasa ini: kelapangan hati dan kebijaksanaan dalam bersikap.
Jangan sampai kita menjadi orang yang “sereg dina buana” — merasa sesak di dunia yang luas. Dunia ini penuh ruang untuk belajar, berbuat baik, dan tumbuh. Jangan biarkan pikiran sempit, iri, atau gengsi membuat langkah kita kecil. Sebaliknya, bukalah hati dan pikiran untuk memahami bahwa setiap orang punya jalan hidupnya sendiri.
Kita bisa memulai dari hal sederhana: belajar mendengar sebelum berbicara, memahami sebelum menilai, dan menyesuaikan diri tanpa kehilangan prinsip. Sebab, mereka yang bisa menyesuaikan diri dalam kesempitan, akan mampu berkembang dalam kelapangan.
Hidup ini bukan tentang siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling bijak membaca keadaan.
Dan seperti pesan peribahasa Sunda itu, marilah kita menjadi pribadi yang “logor dina liang jarum, tapi lega dina buana.” (*)
