Indonesia–Belanda Sepakat Perkuat Kerja Sama Repatriasi Benda Budaya

waktu baca 3 menit
Minggu, 15 Jun 2025 22:39 7 Nazwa

DEN HAAG | BD – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Sains Belanda, Eppo Bruins, telah sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam repatriasi benda-benda budaya Indonesia yang saat ini berada di Belanda.

Siaran pers dari Kementerian Kebudayaan RI pada Minggu (15/6/2025) menginformasikan bahwa kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan bilateral yang berlangsung di Kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Sains Belanda di Den Haag pada 14 Juni 2025.

Kedua menteri menekankan pentingnya kolaborasi jangka panjang dalam penelitian asal-usul koleksi, penguatan kerja sama antar lembaga, serta penyederhanaan proses pengembalian benda-benda budaya yang memiliki akar historis dan kultural di Indonesia.

Pertemuan ini juga merupakan bagian dari penguatan Kemitraan Komprehensif Indonesia-Belanda dan Rencana Aksi 2024–2025, di mana kebudayaan menjadi salah satu pilar utama dalam kerja sama kedua negara.

Menteri Fadli menegaskan komitmen bersama untuk melanjutkan proses repatriasi benda-benda budaya Indonesia, termasuk melalui perpanjangan Pengaturan Teknis tentang Repatriasi yang direncanakan akan ditandatangani pada Juli 2025.

Ia juga mengungkapkan apresiasi atas keberhasilan pemulangan 828 objek warisan budaya ke Indonesia hingga akhir tahun 2024, termasuk Koleksi Pita Maha, Harta Karun Lombok, dan 68 objek dari Museum Rotterdam.

“Saya sangat menghargai semangat keterbukaan dan kemitraan yang ditunjukkan oleh Pemerintah Belanda dalam proses repatriasi ini. Lebih dari sekadar pemulangan artefak, repatriasi ini sangat penting untuk melengkapi narasi sejarah, memulihkan memori, martabat, dan identitas budaya bangsa,” ujarnya.

Menteri Bruins juga menegaskan dukungannya terhadap upaya restitusi benda-benda budaya dari Belanda ke Indonesia.

“Saya sangat terlibat secara pribadi dalam proses restitusi. Bagi saya, semua benda atau artefak yang tidak seharusnya berada di sini harus dikembalikan ke tempat asalnya, ke akar budayanya. Sesuatu yang dicuri tidak seharusnya disimpan di sini,” katanya.

Ia juga menekankan pentingnya penelitian asal-usul yang menyeluruh, namun menegaskan bahwa proses pengembalian harus dilakukan dengan cepat dan tanpa hambatan administratif.

Kedua belah pihak juga membahas potensi kerja sama lebih lanjut dalam pemanfaatan arsip kolonial, termasuk penguatan pelaksanaan MoU ANRI–NAN (2022–2027) serta dukungan terhadap revitalisasi Museum Nasional Indonesia sebagai pusat rujukan tata kelola museum di Asia Tenggara.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Bruins juga menyebutkan fasilitas penyimpanan konservasi canggih di Belanda yang dapat dijadikan referensi dalam kerja sama teknis antar museum.

Di bidang ekonomi dan industri budaya, Menteri Fadli mendorong optimalisasi perjanjian kerja sama perfilman yang telah ditandatangani pada Desember 2024 serta potensi kolaborasi dalam pengembangan Joint Development Fund yang mengintegrasikan Dana Indonesiana dengan lembaga pendanaan budaya Belanda seperti Mondriaan Fonds.

Ia juga mengusulkan pengembangan film bersama yang mengangkat narasi sejarah kedua negara dan mengapresiasi Siaran Berita Kementerian Kebudayaan Nomor: 149/Sipers/A4/HM.00.05/2025 terkait produksi bersama beberapa film antara sineas Indonesia dan Belanda, termasuk film “Perang Kota” yang menjadi penutup Festival Film Rotterdam pada Februari 2025.

Kedua menteri juga membahas peran strategis Indonesia House Amsterdam (IHA) sebagai pusat diplomasi budaya dan ekonomi kreatif Indonesia di Eropa serta peluang kerja sama antara IHA dan Erasmus Huis Jakarta yang akan merayakan 55 tahun kehadirannya di Indonesia pada November 2025.

Menteri Bruins menyatakan apresiasinya atas peran aktif kedua institusi dan berharap dapat memperkuat sinergi melalui program bersama.

Di akhir pertemuan, Fadli Zon secara resmi mengundang Menteri Bruins dan delegasi Belanda untuk berpartisipasi dalam CHANDI Summit 2025 atau World Culture Forum yang akan diselenggarakan di Bali pada September 2025, sebagai forum global untuk membahas kebijakan budaya, keberlanjutan, dan inovasi lintas negara.

Kunjungan bilateral ini menandai langkah baru dalam diplomasi budaya antara Indonesia dan Belanda yang lebih setara, kolaboratif, dan berorientasi masa depan. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA