JAKARTA | BD — Jamaah Muslimin (Hizbullah) menyerukan penghentian segera terhadap kekerasan dan pembunuhan massal yang terjadi di Sudan. Dalam pernyataan resminya, Imam Jamaah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur menegaskan bahwa penderitaan rakyat Sudan telah mencapai tingkat krisis kemanusiaan yang memprihatinkan dan harus segera dihentikan demi menyelamatkan jutaan warga sipil tak berdosa.
Dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa (4/11), Imam Yakhsyallah meminta Pemerintah Indonesia untuk berperan aktif membantu terciptanya perdamaian di Sudan melalui diplomasi dan aksi kemanusiaan nyata. Menurutnya, Indonesia memiliki tanggung jawab moral dan konstitusional untuk ikut serta dalam menciptakan perdamaian dunia, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
“Sudan tengah menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Sudah saatnya Indonesia mengambil peran lebih konkret dalam membantu mereka keluar dari penderitaan,” ujarnya.
Imam Yakhsyallah menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya serangan brutal di wilayah Darfour, termasuk tragedi di Kota Al-Fasher pada 29 Oktober 2025, di mana 1.500 warga sipil tewas hanya dalam tiga hari akibat serangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF). “Penumpahan darah manusia tanpa alasan yang sah adalah kezaliman besar dan pelanggaran terhadap nilai kemanusiaan universal serta ajaran Islam,” tegasnya.
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 24 juta dari total 50 juta penduduk Sudan kini menghadapi kelaparan akut, sementara lebih dari 13 juta orang terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka. Jamaah Muslimin (Hizbullah) menilai kondisi ini sebagai bentuk genosida yang nyata terhadap rakyat sipil Sudan.
Mengutip Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 32, Imam Yakhsyallah menegaskan bahwa membunuh satu jiwa tanpa hak sama dengan membunuh seluruh umat manusia, sedangkan menyelamatkan satu jiwa berarti menyelamatkan kehidupan seluruh manusia. Ia juga menyerukan agar seluruh pihak yang bertikai segera menghentikan pertumpahan darah dan mengingat kembali bahwa mereka adalah sesama Muslim yang bersaudara.
“Rasulullah SAW mengingatkan kita, setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya,” katanya.
Lebih lanjut, Imam Yakhsyallah menilai akar kehancuran Sudan berawal dari menyimpangnya umat terhadap nilai-nilai Islam sejati. Ketika syahwat kekuasaan dan ambisi politik mengalahkan semangat ukhuwah dan keadilan, maka kehancuran moral dan sosial tidak dapat dihindari.
Menutup pernyataannya, Jamaah Muslimin (Hizbullah) mengajak seluruh umat Islam untuk memperkuat persatuan, meningkatkan kepedulian terhadap nasib saudara seiman, serta menggalang bantuan moral dan material bagi korban konflik di Sudan, Palestina, dan wilayah Muslim lainnya yang masih tertindas. (*)
