OPINI | BD — Generasi muda adalah pewaris tahta bangsa. Oleh karenanya landasan karakter pemimpin harus disiapkan sedini mungkin dengan mengacu kepada Pancasila yang merupakan dasar negara Republik Indonesia.
Kita tahu Pancasila terdiri dari dua kata, panca yang berarti lima dan sila artinya prinsip atau asas. Lima prinsip itulah yang menjadi pandangan hidup seluruh warga negara Indonesia, termasuk generasi muda saat ini.
Jika generasi masa kini dan masa depan berwawasan Pancasila maka kelak mereka akan menjadi pemimpin yang berkarakter dan Berbudi Bawa Laksana (memiliki kebijaksanaan dan sebagai bentuk kepedulian terhadap kebersamaan dan keteguhan bangsa Indonesia) dan berintegritas (sikap yang teguh mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral).
Sebagai generasi intelektual kita sebagai mahasiswa harus memiliki kemampuan bersikap rasional dan dinamis. Cara pandang itu juga mempresentasikan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Lebih-lebih saat ini disebut-sebut generasi Z (Gen Z) kerap menanggalkan atitude atau etika yang kalau tidak dikendalikan bisa menabrak nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Generasi muda juga harus memiliki kesadaran mengenai wawasan kebangsaan yang dilandasi rasa cinta tanah air dan menghargai perbedaan yang terangkum dalam Bhineka Tunggal Ika, Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Tan Hana Dharma Mangrwa tidak ada kebenaran bermuka dua.
Generasi Era Digital
Generasi masa kini di era digital harus turut serta dan berperan aktif, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Tentu dilandasi oleh iman dan taqwa sesuai sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa. Kemudian diharapkan generasi zaman now memanfaatkan segala ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi untuk kepentingan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Generasi muda juga harus mengamalkan Pancasila dalam setiap sektor kehidupan di masyarakat sesuai sila-sila pada Pancasila. Selain sila pertama di atas, berikutnya sesuai sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab maka generasi muda juga harus memiliki budi pekerti yang luhur serta disiplin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menjaga nilai-nilai perdamaian dan persatuan sesuai sila ketiga Persatuan Indonesia. Dan tetap mengedepankan demokrasi dan musyawarah sesuai sila keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan ikut mendukung segala upaya yang dilakukan untuk mewujudkan suatu keadilan sosial sesuai sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Kenalkan Pancasila sejak Dini
Pengenalan Pancasila sejak dini kepada anak-anak sangatlah penting. Anak-anak harus mengetahui bahwa Pancasila itu sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Tujuan ini dilakukan agar terciptanya masyarakat aman, damai, dan tentram. Pengenalan Pancasila kepada anak-anak tidak hanya di lingkungan sekolah. Namun lingkungan keluarga dan masyarakat juga berperan. Tidak hanya cukup mengetahui isi Pancasila saja, anak-anak juga perlu contoh dalam berperilaku sehari-hari.
Penting bagi orangtua untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anak. Orangtua juga harus memberi contoh yang baik dalam berperilaku sehingga anak-anak mengikutinya dengan baik. Karena ketika anak-anak melihat apa yang orang dewasa lakukan maka mereka juga akan mencontoh apa yang mereka lihat.
Jika sejak dini anak-anak dapat berperilaku baik, setidaknya meminimalisir adanya kenakalan remaja. Kenakalan remaja hanya akan membuat generasi penerus bangsa menjadi rusak. Apabila rusak generasi penerus bangsa, maka negara yang terdampak.
Perilaku Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Sila pertama yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Seperti yang kita ketahui bahwasanya Indonesia memiliki beragam agama ada Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha. Hal ini yang harus masyarakat Indonesia tunjukkan untuk saling toleransi terhadap sesama agama.
Contohnya bagaimana umat non muslim menghargai umat muslim (agama Islam) dalam menjalankan ibadah puasa. Banyak dari mereka yang segan untuk makan di hadapan para umat muslim. Padahal sah-sah saja tetapi, karena mereka menghargai apa yang umat muslim jalankan. Sehingga mereka memilih untuk menyingkir dan makan secara sembunyi-sembunyi dan ada pula yang meminta izin terlebih dahulu. Perilaku tersebut merupakan bagian dari etika sosial.
Di samping itu juga, terkadang beberapa nonmuslim bahkan ada juga yang ikut merayakan puasa dan sahur bersama serta turut mencari dan membeli beberapa takjil. Hal itu tidak apa dilakukan asal dari pribadinya sendiri yang ingin melakukan tanpa adanya paksaan bukan?
Lagipula tujuan puasa itu sangat baik, tak sekadar menahan haus dan lapar puasa juga untuk menahan nafsu, dan puasa juga mempunyai manfaat seperti menyehatkan tubuh dan sejatinya kesehatan bukan privilage umat muslim saja agama lain pun berhak mendapatkannya.
Sila kedua yaitu, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Maknanya adalah sebagai makhluk sosial kita harus berlaku adil dan menghargai sesama. Dalam arti tidak memilah-milah atau memilih teman hanya karena berbeda suku, ras, bahkan agama. Sikap tersebut perlu dilakukan pada kehidupan kita. Dengan saling menghargai dan menyayangi antar sesama manusia, negara Indonesia dapat menjadi negara yang tentram dan damai.
Sila ketiga yaitu, Persatuan Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia kita dituntut untuk mengutamakan kepentingan negara dibandingkan kepentingan pribadi dan antar golongan. Peribahasa usang bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Itu mengandung makna mendalam yang menguatkan nilai persatuan.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Memiliki makna agar generasi muda mengedepankan musyawarah untuk bermufakat secara bijaksana sehingga tidak timbul konflik karena ketidaksetujuan dalam mencapai keputusan.
Yang terakhir sila ke lima yaitu, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Seperti bunyinya, sebagai makhluk sosial kita semestinya bersikap adil dengan tetap memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kita juga perlu menghargai setiap hak orang lain dengan tidak ikut mencampuradukan kepentingan pribadi di atas kepentingan golongan, kelompok atau masyarakat.
Perilaku Pancasila tersebut harus senantiasa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, agar negara tercinta kita Indonesia menjadi negara mumpuni di segala bidang. Dan tentu saja tercipta generasi muda berintegritas berwawasan Pancasila.
* Nur Aurora Sang Kinanthi Satyanagri Nareswari Cipta Budi, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis, Fakultas Bahasa, Seni dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis asal Tangerang Banten. (Red)