Site icon BantenDaily

Pelatihan Komunikasi Harmoni Keluarga di Manggahang: Telkom University Bantu Ibu Rumah Tangga Temukan Suara Mereka Kembali

Pelatihan komunikasi Telkom University bantu ibu-ibu Manggahang menemukan kembali suara mereka dan membangun hubungan keluarga yang lebih harmonis.

Para dosen dan mahasiswa Telkom University berfoto bersama para ibu Kelurahan Manggahang usai pelatihan “Literasi Media Sosial dan Komunikasi Harmoni Keluarga”, menunjukkan semangat kebersamaan untuk membangun komunikasi keluarga yang lebih sehat dan saling memahami. (Foto: Ist)

BANDUNG | BD — Di tengah dinamika kehidupan rumah tangga yang semakin kompleks, para ibu di Kelurahan Manggahang menemukan ruang baru untuk kembali berbicara, memahami, dan didengarkan. Melalui pelatihan komunikasi harmoni keluarga yang diselenggarakan dosen Telkom University, mereka mendapat kesempatan untuk mengenali kembali suara mereka sendiri dalam hubungan yang sehari-hari sering diwarnai kelelahan dan kesibukan.

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Pelatihan Literasi Media Sosial dan Komunikasi Harmoni Keluarga” ini digelar oleh dosen Program Studi Digital Public Relations Telkom University di Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, pada Selasa (28/10/2025). Kegiatan ini melibatkan para ibu rumah tangga, kelompok yang sering memikul beban emosional terbesar dalam keluarga namun jarang memiliki ruang aman untuk bercerita.

Tim PKM dipimpin oleh Dr. Dedi Kurnia Syah Putra, bersama Dr. Sri Wahyuning Astuti dan Bintar Mupiza, serta didukung mahasiswa Prodi Digital Public Relations. Fokus kegiatan ini adalah mengajak para ibu memahami kembali pentingnya komunikasi dalam membangun keluarga yang harmonis.

“Menikah itu 70–90 persen isinya komunikasi,” tegas Dr. Sri dalam pemaparannya. “Diam bukan selalu tanda mengalah, kadang justru tanda luka yang tidak tersampaikan. Mulai dari sekarang, gunakan bahasa ‘aku’, bukan hanya ‘kamu’, agar percakapan menjadi lebih empatik.”

Ucapan itu membuka percakapan baru. Para ibu perlahan berbagi kisah tentang rumah tangga mereka—ada yang manis, ada yang getir, namun semuanya jujur.

Seorang ibu bercerita tentang keharmonisan rumah tangganya selama 20 tahun. “Suami saya itu malaikat penolong. Sampai sekarang, masih suka cerita masa jatuh cinta dulu. Saya bertahan karena saya juga cinta.”

Namun, ada pula kisah tentang luka lama yang masih menyisakan jejak. “Sudah lama peristiwa penghianatan itu. Saya sudah mencoba hidup baru. Tapi kalau ingat, masih ada rasa sakit,” ucap peserta lain dengan suara bergetar.

Melalui berbagai kisah ini, para dosen berharap pelatihan tidak hanya menjadi ruang curhat, tetapi menjadi awal bagi para ibu untuk membangun komunikasi yang lebih sehat bersama pasangan. Harapannya, rumah kembali menjadi tempat aman untuk memahami dan dipahami.

Kegiatan PKM ditutup dengan sesi foto bersama, meninggalkan kesan bahwa suara-suara yang sempat hilang kini mulai kembali terdengar—pelan, tetapi pasti. (*)


Exit mobile version