Site icon BantenDaily

Pembangunan Polder Cibadak: Strategi Pemkab Tangerang Atasi Wilayah Rawan Genangan

Pemkab Tangerang bangun Polder Cibadak di Cikupa untuk atasi banjir tahunan. Proyek ini jadi solusi jangka panjang bagi 7 desa terdampak.

Bupati Tangerang bersama jajaran Forkopimda dan OPD terkait saat peletakan batu pertama pembangunan Polder/Kolam Retensi Cibadak di Kecamatan Cikupa. (Foto: tangerangkab.go.id)

TANGERANG  | BD – Pemerintah Kabupaten Tangerang telah memulai proyek pembangunan kolam retensi, yang dikenal sebagai Polder Cibadak, di Kecamatan Cikupa. Proyek ini bertujuan untuk menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi masalah banjir yang telah mengganggu wilayah tersebut selama lebih dari sepuluh tahun.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Bupati Tangerang, Moch. Maesyal Rasyid, pada Selasa (17/6/2025). Polder ini akan dibangun di atas lahan seluas 2.847 meter persegi dan memiliki kapasitas tampung hingga 7.762 meter kubik air. Fungsinya adalah untuk menampung air hujan dari tujuh desa di sekitarnya dan mengalirkannya ke saluran pembuangan setelah kondisi kembali normal.

Dalam sambutannya, Bupati Maesyal Rasyid menekankan bahwa pembangunan polder ini merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tangerang, terutama untuk menangani daerah dengan topografi rendah yang tidak memungkinkan pembuangan air langsung ke sungai.

“Wilayah ini telah lama menjadi langganan banjir karena posisinya yang berada di cekungan, lebih rendah dari jalan dan saluran air. Oleh karena itu, solusi yang tepat adalah membangun tandon air atau kolam retensi untuk menampung air dari tujuh desa sekitar,” jelas Bupati Maesyal di lokasi.

Tandon yang akan dibangun memiliki kedalaman sekitar enam meter dan berfungsi sebagai tempat penampungan sementara saat debit air tinggi, terutama di musim hujan. Air yang tertampung di kolam retensi ini akan dialirkan secara bertahap ke saluran pembuangan di wilayah Cimane setelah permukaan air sungai kembali normal.

Infrastruktur ini dirancang khusus untuk menampung limpahan air hujan dan mencegah meluapnya aliran air ke permukiman warga. Selain mengurangi risiko banjir, infrastruktur ini juga akan berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan sumber air baku alternatif. Proyek ini ditargetkan selesai dalam enam bulan, hingga November 2025.

“Proses pembangunan direncanakan berlangsung selama enam bulan, dimulai bulan ini hingga November 2025,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang, Iwan Firmansah Effendi, menjelaskan bahwa pembangunan polder ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi banjir, tetapi juga sebagai bagian dari upaya konservasi air di wilayah yang telah mengalami alih fungsi lahan dari pertanian menjadi permukiman dan industri.

“Kolam ini berfungsi sebagai tempat ‘parkir’ air sementara, karena air dari permukiman sekitar tidak bisa langsung dibuang ke sungai. Jarak dari kolam ke saluran pembuangan sekitar 600 meter, dan ini memerlukan dukungan dari semua pihak,” ungkap Iwan.

Pemkab Tangerang juga akan bekerja sama dengan pemilik lahan, pengembang, serta pemerintah desa dan kecamatan untuk membuka jalur air menuju saluran pembuangan. Langkah ini diambil agar penanganan banjir dapat dilakukan secara menyeluruh dan tidak bersifat parsial, yang hanya akan memindahkan genangan ke wilayah lain.

“Harapan kami kepada masyarakat adalah untuk menyadari bahwa banjir tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Namun, setidaknya kita bisa mengurangi durasi dan ketinggian genangan. Dengan demikian, aktivitas masyarakat tetap dapat berjalan dan pelayanan publik dari pemerintah dapat diberikan secara optimal,” tegasnya. (*)

Exit mobile version