Pentingnya Kesehatan Jiwa: Pesan Abraham Garuda Laksono untuk Masyarakat Banten

waktu baca 3 menit
Selasa, 15 Jul 2025 15:31 17 Nazwa

TANGERANG | BD — Anggota DPRD Provinsi Banten dari Fraksi PDI Perjuangan, Abraham Garuda Laksono, menekankan pentingnya kesehatan mental sebagai komponen vital dalam kesejahteraan masyarakat. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Pembinaan Kesehatan Jiwa yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Banten di Aula Kecamatan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, pada Selasa, 15 Juli 2025.

“Kesejahteraan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kesehatan, termasuk kesehatan mental. Dinas Kesehatan sebagai mitra kami terus berupaya untuk memberikan edukasi dan pelayanan langsung kepada masyarakat,” ujar Abraham.

Ia juga memperkenalkan program baru yang dinamakan Sahabat Sehat dan Pintar, yang mencakup dukungan berupa satu unit ambulans dan perpustakaan keliling. Abraham mengungkapkan bahwa saat ini terdapat sekitar 58 ribu kasus gangguan jiwa yang telah dilaporkan di Provinsi Banten, namun ia percaya masih banyak kasus yang belum terdeteksi akibat stigma dan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental.

“Kesehatan jiwa adalah kondisi mental yang memungkinkan individu menyadari potensi diri dan mampu menghadapi tekanan hidup. Jika ada pasien yang ditolak, kami akan membantu memfasilitasi agar mereka bisa diterima dan mendapatkan perawatan yang layak,” jelasnya.

Abraham menambahkan bahwa pelayanan untuk pasien gangguan jiwa masih belum merata, dan banyak rumah sakit yang belum mampu memberikan penanganan yang komprehensif. Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi bekal bagi masyarakat untuk bersama-sama mencari solusi dan membuka ruang diskusi yang konstruktif.

“Masalah kesehatan jiwa semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman dan tekanan sosial ekonomi. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan masyarakat sangat penting. Menuju Indonesia Emas, kita tidak boleh mengabaikan isu kesehatan mental,” tegasnya.

Abraham juga menekankan perlunya memperluas akses layanan kesehatan jiwa dan terus melakukan sosialisasi untuk mengurangi stigma. Ia mengapresiasi kerja keras tenaga kesehatan, tetapi juga mengingatkan bahwa peran masyarakat sangat penting.

“Jika masyarakat tidak peduli, upaya tenaga kesehatan akan terbatas. Mari kita bersatu untuk menyelesaikan masalah ini,” tutupnya.

dr. Dewi Yuliana, yang menjadi narasumber dalam acara tersebut, menegaskan bahwa penanganan masalah kesehatan jiwa memiliki dasar hukum yang kuat, dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Ia menekankan bahwa kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan secara keseluruhan.

“Kesehatan jiwa bukan hanya masalah medis, tetapi juga persoalan sosial yang kompleks. Oleh karena itu, strategi pembangunan kesehatan jiwa harus mencakup pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,” jelas dr. Dewi.

Dalam penjelasannya, ia menyampaikan bahwa pendekatan promotif dan preventif sangat penting di tengah meningkatnya dinamika kehidupan masyarakat. Edukasi, sosialisasi, dan peningkatan kesadaran publik menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk mencegah munculnya gangguan jiwa.

dr. Dewi juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menangani kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), terutama yang berat dan terlantar.

“ODGJ berat yang terlantar merupakan tantangan besar bagi Dinas Kesehatan. Penanganannya tidak bisa dilakukan sendiri. Kita perlu bekerja sama dengan pihak kecamatan, kelurahan, dinas sosial, dan masyarakat,” tegasnya.

Ia mengimbau masyarakat dan aparatur wilayah untuk segera melaporkan jika menemukan ODGJ berat yang terlantar kepada seksi sosial di tingkat kecamatan atau kelurahan. Langkah ini penting untuk mencegah risiko yang lebih besar, baik bagi ODGJ itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

“Upaya pencegahan dan penanganan masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari lingkungan sekitar. Pelaporan dini, pendekatan humanis, dan pelayanan yang tepat akan sangat membantu proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial,” tambahnya.

dr. Dewi mengajak semua pihak untuk melihat kesehatan jiwa sebagai isu bersama yang memerlukan kepedulian, empati, dan tindakan nyata. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA