Perkembangan Penggunaan AI di Dunia Kerja

waktu baca 4 menit
Sabtu, 20 Des 2025 16:15 31 Redaksi

OPINI | BD — Penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di dunia kerja terus berkembang pesat dan membawa perubahan mendasar pada lanskap profesional global. Melalui otomatisasi tugas, peningkatan produktivitas, serta penciptaan jenis pekerjaan baru, AI menjadi salah satu pendorong utama transformasi dunia kerja di era digital. Memasuki tahun 2025, teknologi AI—khususnya AI generatif seperti model bahasa besar—telah terintegrasi dalam rutinitas kerja berbagai sektor, mulai dari manufaktur hingga layanan profesional.

Transformasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga menuntut adaptasi keterampilan tenaga kerja agar tetap relevan dan kompetitif. Dunia kerja kini berada pada persimpangan antara peluang besar dan tantangan serius yang perlu dikelola secara bijak.

Evolusi Penggunaan AI di Berbagai Sektor

AI telah merevolusi berbagai sektor industri dengan cara yang signifikan. Di sektor manufaktur, robotika cerdas berbasis AI digunakan untuk proses perakitan presisi, pemantauan kualitas secara real-time, serta prediksi kerusakan mesin. Penerapan ini terbukti mampu mengurangi waktu henti produksi (downtime) hingga 30 persen di banyak pabrik.

Dalam bidang kesehatan, AI dimanfaatkan untuk membantu analisis citra medis seperti rontgen dan MRI dengan tingkat akurasi yang dalam beberapa kasus melampaui tenaga medis manusia. Selain itu, AI juga digunakan untuk mengoptimalkan penjadwalan pasien dan manajemen rumah sakit, sehingga pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan terorganisasi.

Sementara itu, di sektor layanan pelanggan, chatbot berbasis AI kini mampu menangani hingga 80 persen interaksi awal dengan pelanggan. Hal ini memungkinkan tenaga manusia untuk fokus pada kasus-kasus yang lebih kompleks dan membutuhkan empati serta penilaian mendalam.

Dampak Positif terhadap Produktivitas dan Inovasi

Penerapan AI memberikan dampak positif yang signifikan terhadap produktivitas dan inovasi. Melalui kemampuan analisis big data, AI membantu perusahaan mengambil keputusan secara cepat dan berbasis data, seperti memprediksi permintaan pasar di sektor ritel untuk mengurangi kelebihan stok dan pemborosan.

Di bidang sumber daya manusia (SDM), sekitar 27 persen perusahaan global telah menggunakan AI untuk proses penyaringan CV dan wawancara virtual. Pemanfaatan teknologi ini mampu mempercepat proses rekrutmen hingga 50 persen sekaligus meminimalkan bias subjektif dalam seleksi awal.

Di sisi lain, AI juga mendorong lahirnya inovasi baru, khususnya di industri kreatif. Teknologi ini digunakan untuk menghasilkan desain produk, konsep pemasaran, hingga konten digital, sehingga menciptakan kolaborasi yang produktif antara kreativitas manusia dan kecanggihan mesin.

Tantangan dan Risiko yang Mengiringi

Meski membawa banyak manfaat, perkembangan AI juga menimbulkan tantangan yang tidak dapat diabaikan. Otomatisasi berpotensi menggantikan pekerjaan rutin dan repetitif, seperti entri data dan pekerjaan berbasis transportasi. World Economic Forum memproyeksikan bahwa hingga 85 juta pekerjaan global berpotensi hilang akibat otomatisasi dalam beberapa tahun terakhir dekade ini.

Kesenjangan keterampilan juga menjadi persoalan serius. Pekerja yang tidak memiliki kemampuan digital berisiko tertinggal, sementara permintaan terhadap tenaga kerja dengan keahlian AI dan teknologi digital meningkat hingga 40 persen. Selain itu, isu etika seperti privasi data, keamanan siber, dan bias algoritma menjadi perhatian utama yang membutuhkan regulasi dan pengawasan ketat.

Strategi Adaptasi Menghadapi Masa Depan Kerja

Menghadapi perubahan ini, pekerja perlu mengembangkan keterampilan yang sulit digantikan oleh AI, seperti kreativitas, pemikiran kritis, kemampuan komunikasi, dan kolaborasi. Pembelajaran berkelanjutan melalui platform e-learning dan pelatihan berbasis AI menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja.

Perusahaan juga dituntut untuk berinvestasi dalam program reskilling dan upskilling. Sejumlah perusahaan global, seperti Google dan Microsoft, telah meluncurkan program pelatihan digital yang menjangkau jutaan pekerja di berbagai negara. Di sisi lain, pemerintah memiliki peran strategis dalam menyiapkan kebijakan pendidikan dan pelatihan vokasi yang terintegrasi dengan perkembangan AI, guna memastikan transisi dunia kerja yang inklusif dan berkeadilan.

Penutup: Menuju Kolaborasi Harmonis Manusia dan AI

Perkembangan AI di dunia kerja membuka peluang menuju era produktivitas dan inovasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, potensi tersebut hanya dapat terwujud apabila dikelola secara bijak melalui pendidikan, regulasi yang tepat, serta penerapan prinsip etika yang kuat.

Masa depan dunia kerja bukanlah tentang menggantikan peran manusia, melainkan tentang memperkuat dan meningkatkan potensi manusia melalui kolaborasi dengan teknologi. Dengan adaptasi yang proaktif, AI dan manusia dapat bersinergi menciptakan lapangan kerja baru yang lebih bermakna, kreatif, dan berkelanjutan di tengah kemajuan teknologi global.

Penulis: Shintia Verlita Salsabila, mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA