KOTA TANGERANG| BD — Komunitas warga Gunungkidul yang tinggal di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG) menyelenggarakan perayaan Grebeg Suro, yang merupakan peringatan malam 1 Suro atau malam 1 Muharam.
Acara ini diadakan di CBD Ciledug Family Mall pada malam Kamis, 26 Juni 2025, dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkah dan perlindungan yang diterima sepanjang tahun.
Suyanto, yang menjabat sebagai Ketua Panitia Grebeg 1 Suro dan juga Ketua 5 IKG yang membidangi perdagangan dan UMKM, menjelaskan bahwa tradisi ini merupakan warisan dari nenek moyang yang dilestarikan sebagai bentuk penghormatan, kesucian, dan kebanggaan masyarakat Jawa, khususnya bagi diaspora Gunungkidul di Jabodetabek.
“Grebeg Suro mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan budaya Jawa, mencerminkan harmoni antara agama dan budaya dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi pada Sabtu, 28 Juni 2025.
Suyanto menambahkan bahwa Grebeg Suro mengandung nilai-nilai luhur seperti sejarah, pendidikan, dan religiusitas, serta menjadi simbol persatuan, kebersamaan, dan karakter kebangsaan.
Acara ini bekerja sama dengan Badan Penghubung Daerah (Banhubda) DIY, dan mencakup berbagai kegiatan, termasuk pameran UMKM IKG yang diikuti oleh lebih dari 30 UMKM yang menampilkan produk dan kuliner khas Gunungkidul, Santunan Sosial, Kirab Budaya, dan puncaknya adalah pagelaran wayang kulit yang dipentaskan oleh dalang Ki Gilang Thomas Kumoro dengan lakon “Wahyu Purbo Sejati”.
“Lakon Semar Boyong menggambarkan usaha untuk mencari keselamatan dan kebahagiaan melalui kebijaksanaan dan kesederhanaan. Cerita ini berkisar pada perebutan Semar oleh tiga kerajaan yang dilanda wabah, karena mereka percaya bahwa kehadiran Semar dapat membawa keselamatan dan mengusir penyakit tersebut. Lakon ini juga menekankan pentingnya kerja sama dan persatuan antar kerajaan untuk mengatasi masalah bersama,” jelas Suyanto.
Grebeg Suro IKG 2024 dihadiri oleh sekitar 1.000 warga Gunungkidul di Jabodetabek, termasuk jajaran Dewan IKG, Ketua Umum IKG Drs. Eddy Sukirman, MM, beserta pengurus lainnya, pejabat wilayah, pengurus 18 Koordinator Kapanewon (Korkap), 8 Koordinator Wilayah (Korwil) IKG, serta perwakilan dari Banhubda DIY.
Suyanto menjelaskan bahwa warga Gunungkidul di Jabodetabek berjumlah lebih dari 300 ribu, dan IKG yang telah berdiri hampir 55 tahun ini merupakan organisasi terbesar untuk diaspora DIY. Sejak didirikan pada 12 Desember 1970, IKG telah berkembang menjadi 1.600 organ yang terdiri dari 18 Kapanewon IKG, 9 IKG Wilayah, 144 Koordinator Kelurahan, dan 1.431 Koordinator Dusun di Jabodetabek, dengan fokus pada kebersamaan dalam perbedaan untuk kemajuan bersama.
Dalam sambutannya, Ketua Umum IKG, Eddy Sukirman, MM, menyampaikan bahwa warga IKG di Jabodetabek selalu merayakan 1 Suro setiap tahun dengan harapan mendapatkan berkah dalam berbagai aspek. Peringatan 1 Suro dengan tema Grebeg Suro ini dilaksanakan secara bergantian di berbagai wilayah Jabodetabek, dengan harapan untuk memperkuat rasa kebersamaan dan sinergi dengan berbagai pihak.
“Momen 1 Suro atau 1 Muharram ini diharapkan menjadi semangat bagi kita semua untuk selalu berserah diri, taat pada agama, lingkungan, dan adat masing-masing. Apapun tantangan yang ada, semoga dapat dihadapi dengan baik sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Gunungkidul yang selalu mengutamakan kebaikan untuk semua,” harap Eddy Sukirman.
Lebih jauh, dalam acara Grebeg Suro ini, panitia juga menampilkan lebih dari 50 UMKM IKG. Ia berharap IKG dapat menjadi wadah bagi warga Gunungkidul di Jabodetabek untuk berkolaborasi dengan diaspora Yogyakarta lainnya yang tergabung dalam berbagai paguyuban, guna mewujudkan komunitas Yogyakarta dan Gunungkidul di Jabodetabek yang harmonis dan saling mendukung.
“IKG adalah paguyuban terbesar yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anggotanya dan daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, dengan dukungan dari Banhubda DIY. Kita harus tetap optimis untuk maju, baik dalam membangun IKG, Jogja, Gunungkidul, maupun Indonesia,” tegasnya.
Selain itu, dalam rangka Grebeg Suro ini, IKG memberikan penghargaan kepada IKG Kapanewon Semin sebagai Daerah Istimewa di Gunungkidul, diikuti oleh IKG Kapanewon Rongkop, IKG Kapanewon Nglipar, dan IKG Korwil Tangerang Kota. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap antusiasme warga dalam setiap acara IKG serta semangat kebersamaan yang ditunjukkan. Sebelumnya, IKG Koordinator Wilayah Tangerang Selatan juga memberikan penghargaan kepada Ketua Umum IKG, Eddy Sukirman, sebagai Bapak Visioner yang telah berkontribusi dalam pembangunan IKG.
Kepala Badan Penghubung Daerah (Banhubda) DIY, Nugroho Ningsih, dalam kesempatan ini membacakan sambutan dari (Pj.) Sekda DIY, Aria Nugrahadi, yang menegaskan bahwa Grebeg Suro adalah salah satu tradisi penting dalam budaya Jawa yang dilaksanakan secara turun-temurun sebagai bentuk laku spiritual dan kebudayaan. Ini bukan hanya sekadar penanda pergantian tahun Jawa, tetapi juga momen refleksi, pembersihan batin, dan niat untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik.
Lebih lanjut, Nugroho Ningsih menyatakan bahwa Grebeg Suro adalah kesempatan bagi kita untuk sejenak berhenti dari kesibukan dunia dan menyelaraskan diri dengan nilai-nilai kebaikan, kesederhanaan, dan kerukunan.
“Kami sangat bangga dengan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh IKG, termasuk rangkaian acara Grebeg Suro 1447 H, dalam upaya kolaborasi lintas stakeholder untuk mensejahterakan Diaspora Gunungkidul di Jabodetabek serta membangun DIY melalui Kabupaten Gunungkidul dari tanah rantau,” ujar Nugroho Ningsih.
Sekda juga memberikan apresiasi yang tinggi, karena di tengah tantangan di tanah rantau, warga masih dapat melaksanakan berbagai kegiatan yang menghidupkan nilai-nilai budaya dan luhur melalui kegiatan yang intens dan konsisten. (*)