KESEHATAN | BD — Segelas es teh manis memang selalu berhasil menggoda siapa saja. Rasanya yang segar, manis, dan dingin menjadikannya teman sempurna setelah menyantap hidangan favorit. Tak heran jika minuman ini begitu melekat dalam budaya makan masyarakat Indonesia. Di warteg, restoran cepat saji, kafe modern, hingga meja makan rumah, es teh manis hadir sebagai pelengkap yang seolah tak tergantikan.
Namun, di balik kenikmatannya, tersimpan fakta mengejutkan yang jarang dibahas: kebiasaan minum es teh manis setelah makan ternyata dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan. Banyak orang tidak menyadari bahwa kombinasi suhu dingin, kadar gula tinggi, dan senyawa alami dalam teh dapat mengganggu proses pencernaan dan metabolisme tubuh.
1. Suhu Dingin Menghambat Proses Pencernaan
Saat es teh manis masuk ke tubuh, suhunya yang rendah menyebabkan pembuluh darah pada saluran pencernaan menyempit. Proses ini mengakibatkan sistem cerna bekerja lebih lambat dalam memecah makanan. Akibatnya, makanan yang seharusnya segera diproses justru bertahan lebih lama di lambung.
Dampak yang paling sering muncul adalah:
- Perut kembung,
- Rasa penuh berkepanjangan,
- Nyeri ulu hati,
- Ketidaknyamanan setelah makan.
Jika kebiasaan ini dilakukan terus-menerus, fungsi pencernaan bisa menurun dan memicu masalah lain seperti gangguan asam lambung.
2. Kandungan Tanin Menurunkan Penyerapan Mineral
Teh mengandung tanin, senyawa alami yang memiliki kemampuan mengikat mineral penting seperti zat besi dan kalsium. Ketika teh diminum tepat setelah makan—terutama dalam kondisi dingin—proses pengikatan ini semakin kuat sehingga tubuh tidak dapat menyerap mineral secara optimal.
Dalam jangka panjang, kondisi ini berpotensi menyebabkan:
- Anemia defisiensi besi,
- Kepadatan tulang menurun,
- Gangguan metabolisme.
Bagi wanita, anak-anak, dan ibu hamil, pengaruh ini bahkan bisa lebih signifikan karena kebutuhan mineral lebih tinggi.
3. Gula Tinggi Memicu Lonjakan Kalori
Tidak sedikit orang yang menikmati es teh manis dengan tambahan gula cukup banyak. Padahal, dalam satu gelas es teh manis bisa terdapat 20–30 gram gula, bahkan lebih jika ditambahkan sirup atau pemanis tambahan.
Jika dikonsumsi setelah makan berat, gula tersebut memperbesar total asupan kalori dalam satu waktu, sehingga:
- Meningkatkan risiko obesitas,
- Membebani kinerja pankreas,
- Memicu lonjakan gula darah,
- Memperbesar risiko diabetes tipe 2.
Kebiasaan ini sangat berbahaya jika dilakukan setiap hari.
4. Lemak Mengeras Kembali di Dalam Tubuh
Suhu dingin pada es teh manis dapat membuat lemak dari makanan menggumpal kembali, terutama lemak jenuh atau lemak dari gorengan. Gumpalan lemak ini lebih sulit dicerna dan berpotensi mengganggu metabolisme tubuh.
Jika sering terjadi, dampaknya dapat berupa:
– Peningkatan kadar kolesterol,
–Penumpukan lemak tubuh,
– Meningkatnya risiko penyakit jantung dalam jangka panjang.
5. Metabolisme Bekerja Lebih Berat
Ketika tubuh menerima cairan yang sangat dingin, tubuh harus mengeluarkan energi ekstra untuk menyesuaikan suhu minuman menjadi setara dengan suhu tubuh. Proses ini memang membantu pembakaran kalori, tetapi dalam konteks setelah makan, beban metabolik justru meningkat dan membuat tubuh bekerja lebih keras.
Jika tidak dikontrol, hal ini dapat memengaruhi:
– Kestabilan energi tubuh,
– Kenyamanan setelah makan,
– Kesehatan organ pencernaan.
Lalu, Apa Solusi yang Lebih Sehat?
Anda tidak harus meninggalkan teh sepenuhnya. Namun, beberapa langkah sederhana bisa membantu mengurangi risikonya:
✔ Berikan jeda 15–60 menit setelah makan sebelum minum teh.
✔ Pilih teh hangat atau suhu ruang daripada es.
✔ Kurangi atau hindari gula tambahan.
✔ Konsumsi teh pada waktu yang tepat, misalnya saat relaksasi sore hari.
✔ Jika ingin minuman segar setelah makan, ganti dengan air putih yang aman dan membantu pencernaan.
Kesimpulan
Kebiasaan minum es teh manis setelah makan memang terasa nikmat, tetapi dampaknya bagi tubuh tidak bisa diremehkan. Mulai dari gangguan pencernaan, penurunan penyerapan mineral penting, penumpukan lemak, hingga risiko penyakit kronis—semuanya dapat muncul dari kebiasaan kecil yang dilakukan terus-menerus.
Dengan memahami risiko ini, Anda bisa mulai menerapkan kebiasaan yang lebih sehat tanpa harus kehilangan kenikmatan menikmati teh. Ingat, kesehatan adalah investasi jangka panjang. Mulailah dari langkah kecil hari ini!
Penulis: Nadia Nurfadillah Putri
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (*)
