TANGERANG | TD – Pengetahuan tentang teh tidak hanya tentang teh yang berasal dari berbagai daerah dan bagaimana proses fermentasinya dilakukan untuk menghasilkan rasa yang enak. Tetapi juga meliputi filosofi, cara hidup dalam masyarakat pecinta teh, dan juga passion mereka.
Dua orang tokoh teh Indonesia yang cukup populer mendedikasikan dirinya untuk mempelajari dan mengajarkan banyak hal yang terkait dengan teh. Mereka adalah Suwarni Widjaja dan Ratna Somantri.
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai perjalanan dan kecintaan Suwarni Widjaja dan Ratna Somantri akan teh.
1. Suwarni Widjaja
Perempuan bernama asli Tjen Soen Tjau ini mengenal upacara minum teh sejak usia 10 tahun. Ia mengenal teh pertama kali dari pengasuhnya, yang beretnis Cina, ketika menempuh pendidikan di Malaysia.
Ketertarikan Suwarni berawal dari kebiasaan sang pengasuh mengajaknya menikmati upacara minum teh untuk menghilangkan rasa lelah setiap ia pulang sekolah. Dari upacara minum teh yang kerap dilakukan, Suwarni melihat poci teh yang mungil dan menarik hatinya. Kemudian ia pun tertarik untuk megetahui seluk beluk teh.
Ketertarikannya bak gayung bersambut ketika keluarganya mengajaknya tinggal di Taiwan. Di negeri itu, Suwarni kemudian tinggal di perkebunan teh di rumah petani.
Ia ikut menanam pohon teh, memetik daun teh, dan juga mengukur intensitas cahaya yang memengaruhi kulaitas daun teh. Ia juga mempelajari bagaimana proses daun teh difermentasi atau disangrai.
Saat kembali ke Indonesia, Suwarni bekerja sebagai juru terjemah bagi perusahaan Jepang. Ia juga bergabung dengan
Asosiasi Urasenke Tankokai Indonesia, yakni kelompok penggemar upacara minum teh Jepang.
Dari dua kebudayaan yang berbeda tersebut, yakni Cina Taiwan dan Jepang, Suwarni menguasai dua budaya teh yang berbeda. Dari Jepang, Suwarni mempelajari chado , yakni ritual penyajian teh yang berasal dari Jepang, dan kungfu cha yang berasal dari Cina.
Kungfu cha merupakan metode penyajian teh yang lebih santai dibanding chado. Meskipun demikian, detail dan teknik yang harus dikuasai dalam kungfu cha tidak kalah banyak dibanding chado. Dalam metode yang berasal dari Cina ini, beberapa jenis teh yang disajikan adalah teh hijau, hitam, putih, oloong, dan pu erh.
Sedangkan dalam chado, penyajian teh dilakukan dengan lebih khusyuk dan dengan serangkaian gerakan yang anggun dan tepat menurut etika dan estetika. Metode ketat dalam chado memberikan sentuhan harmoni, rasa hormat, kemurnian, dan juga menumbuhkan rasa untuk memperhatikan.
Suwarni membagikan pengetahuannya tentang teh melalui Siang Ming Tea, kedai teh miliknya yang terletak di Jakarta. Di kedainya tersebut, ia menyediakan berbagai macam teh dari seluruh dunia, dan juga makanan ringan dan penutup yang sesuai dengan teh yang disediakan. Di kedai tersebut, ia juga kerap mengadakan lokakarya mengenai chado dan kungfu cha.
Upaya aktif Suwarni Widjaja dalam memperkenalkan teh kepada kalangan luas memberikannya tempat dalam industri teh. Pada tahun 2015, Suwarni mendapatkan penghargaan Kementerian Luar Negeri Jepang atas keterampilannya dalam chado.
2. Ratna Somantri
Ratna Somantri mendalami pengetahuan tentang teh sejak 2006. Ia sengaja terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia untuk mendalami teh hingga mempunyai keterampilan lengkap.
Pada 2019, ia mendirikan Indonesia Tea Institut untuk memperkenalkan budaya teh secara luas ke publik. Ia juga banyak memberikan materi kursus khusus mengenai teh.
Nama Ratna Somantri juga tidak asing dalam dunia tulis menulis. Ia menuliskan banyak buku tentang teh. Beberapa di antaranya adalah Tea Blending, dan Buku Pintar teh.
________
Tidak ada komentar