TRADISI | BD – Kue keranjang, atau yang dikenal dengan sebutan “nian gao” dalam bahasa Mandarin, adalah salah satu hidangan ikonik yang tidak dapat dipisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek. Kue ini terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan gula, menghasilkan tekstur yang lengket dan rasa yang manis. Kue keranjang memiliki makna simbolis yang dalam, melambangkan harapan untuk kemakmuran, keberuntungan, dan kebersamaan dalam keluarga.
Sejarah Kue Keranjang
Asal-usul kue keranjang dapat ditelusuri kembali lebih dari seribu tahun yang lalu, khususnya pada masa Dinasti Ming dan Qing di Tiongkok. Kue ini awalnya dibuat sebagai persembahan untuk Dewa Dapur pada hari ke-24 bulan lunar, sebelum Tahun Baru Imlek. Tradisi ini bertujuan untuk mempengaruhi laporan tahunan yang disampaikan kepada Dewa Surga, sehingga keluarga dapat memperoleh keberuntungan di tahun yang akan datang.
Makna Simbolis
Dalam bahasa Mandarin, istilah nian gao memiliki dua arti, yaitu kue tahun dan tahun yang lebih tinggi. Ini mencerminkan harapan akan kemajuan dan keberuntungan di tahun yang akan datang. Tekstur lengket dari kue ini juga melambangkan ikatan keluarga yang erat, yang sangat penting dalam budaya Tionghoa. Keluarga dianggap sebagai fondasi kebahagiaan dan kesuksesan, sehingga kue keranjang menjadi simbol persatuan dan kerukunan.
Tradisi Penyajian
Kue keranjang biasanya disajikan dalam bentuk bundar, melambangkan kesempurnaan dan keharmonisan. Dalam perayaan Imlek, kue ini sering disusun tinggi bertingkat, yang melambangkan peningkatan rejeki dan kemakmuran. Masyarakat Tionghoa sering menyantap kue ini bersama keluarga, menjadikannya momen untuk memperkuat hubungan dan berbagi harapan baik untuk masa depan. Selain itu, kue keranjang juga sering dijadikan sebagai sesaji dalam upacara keagamaan.
Variasi Kue Keranjang
Kue keranjang tidak hanya populer di Tiongkok, tetapi juga di negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Di tempat-tempat ini, kue keranjang dikenal dengan sebutan “nian gao” dalam bahasa Mandarin dan “ti kueh” dalam Hokkien. Meskipun cara pembuatan kue ini telah beradaptasi dengan penggunaan bahan modern, tradisi dan makna di balik kue keranjang tetap dijaga.
Kesimpulan
Kue keranjang adalah lebih dari sekadar makanan; ia merupakan simbol harapan, keberuntungan, dan kebersamaan dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Dengan sejarah yang kaya dan makna yang mendalam, kue ini terus menjadi bagian penting dari tradisi Tionghoa, mengingatkan kita akan nilai-nilai keluarga dan persatuan. Saat menyantap kue keranjang, kita tidak hanya menikmati rasa manisnya, tetapi juga merayakan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Kue keranjang, yang dalam bahasa Mandarin disebut “nian gao,” merupakan salah satu hidangan ikonik yang tak terpisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek. Kue ini terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan gula, menghasilkan tekstur yang lengket dan rasa yang manis. Kue keranjang memiliki makna simbolis yang dalam, melambangkan harapan untuk kemakmuran, keberuntungan, dan kebersamaan dalam keluarga. (*)
Tidak ada komentar