 Jalan Kelapa Lima di Pakuhaji, Tangerang, kini berubah total. Dari berlubang dan berdebu menjadi jalur mulus penuh harapan warga. (Foto: Dok. Penulis)
Jalan Kelapa Lima di Pakuhaji, Tangerang, kini berubah total. Dari berlubang dan berdebu menjadi jalur mulus penuh harapan warga. (Foto: Dok. Penulis)TANGERANG | BD — Pagi itu, aroma aspal baru masih terasa di udara. Di sepanjang Jalan Kelapa Lima, anak-anak bersepeda dengan riang, sementara para ibu berbelanja di warung tanpa lagi khawatir tergelincir. Jalan yang dulu dipenuhi lubang kini berubah menjadi jalur mulus yang seakan menghadirkan semangat baru bagi warga Desa Kelapa Lima, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang.
Bagi masyarakat setempat, perbaikan jalan bukan sekadar proyek pembangunan, tetapi juga simbol bahwa harapan warga kecil akhirnya didengar.
Selama bertahun-tahun, warga Kelapa Lima harus hidup berdampingan dengan jalan rusak yang membuat aktivitas sehari-hari terasa berat. Saat musim hujan, genangan air menutupi lubang-lubang jalan. Sementara di musim kemarau, debu tebal beterbangan dan mengganggu pernapasan.
“Dulu kalau naik motor harus pelan-pelan banget, kadang jatuh juga karena jalan berlubang,” kenang Siti Aminah (43), warga RT 02 RW 05, beberapa waktu yang lalu. “Sekarang alhamdulillah udah bagus. Anak saya sekolah pun jadi lebih cepat.”
Jalan Kelapa Lima memiliki peran penting sebagai jalur penghubung antarwilayah, termasuk Kampung Gaga, Kampung Kramat, dan menuju pasar tradisional Pakuhaji. Tak heran, warga menyambut perubahan ini dengan penuh rasa syukur.

Sebelum diperbaiki, Jalan Kelapa Lima dipenuhi lubang dan genangan air setiap hujan. Warga harus ekstra hati-hati saat melintas. (Foto: Dok. Penulis)
Menurut H. Dedi Sutrisna, Kepala Desa Kelapa Lima, usulan perbaikan jalan ini sudah diajukan sejak 2023, namun baru terealisasi pada pertengahan 2025 melalui Program Pemeliharaan Infrastruktur Wilayah Kabupaten Tangerang.
“Warga sudah lama menunggu. Kami berjuang agar jalan ini masuk prioritas anggaran. Akhirnya tahun ini bisa terlaksana dan kami awasi langsung agar kualitasnya terjamin,” ujarnya.
Pekerjaan perbaikan mencakup penggalian, perataan, dan pengaspalan ulang sepanjang hampir dua kilometer. Selain itu, di beberapa titik juga dipasang lampu penerangan jalan umum (PJU) untuk meningkatkan keamanan di malam hari.
Perbaikan jalan membawa perubahan besar dalam aktivitas warga Kelapa Lima. Para pedagang sayur kini bisa berjualan lebih pagi tanpa takut terjebak lumpur. Pengemudi ojek online yang dulu enggan masuk ke wilayah ini, kini kembali ramai menerima pesanan dari warga.
“Sekarang pengiriman barang lancar. Saya yang jual gas dan galon jadi lebih cepat antar ke rumah pelanggan,” kata Arif Rahman (28), sopir pick up lokal.
Anak-anak sekolah pun lebih aman berangkat dan pulang. Jalan yang dulunya rawan kecelakaan kini menjadi jalur nyaman yang memperlancar pergerakan ekonomi dan sosial masyarakat.
Tak hanya infrastruktur yang berubah, suasana sosial warga pun ikut bergairah. Semangat gotong royong kembali hidup; warga membersihkan bahu jalan, menanam bunga di trotoar, dan mempercantik lingkungan mereka.
“Rasanya senang banget. Sekarang tiap sore banyak warga nongkrong santai di depan rumah, nggak malu lagi kalau ada tamu dari luar kampung,” ujar Ujang (35) sambil tersenyum.
Malam hari pun terasa lebih hidup. Lampu-lampu jalan baru menerangi kawasan yang dulunya gelap dan sepi, menjadikan Kelapa Lima terlihat lebih aman dan nyaman.
Meski bersyukur atas perubahan ini, warga berharap pembangunan tidak berhenti hanya di jalan utama. Masih banyak jalan gang dan akses kecil yang membutuhkan perhatian.
“Kami ingin pemerintah juga memperhatikan jalan gang, supaya semua warga bisa menikmati hasil pembangunan,” tutur Rohani (50), pedagang warung.
Selain itu, warga meminta adanya perawatan rutin agar jalan tidak cepat rusak. Mereka ingin pembangunan ini menjadi langkah awal dari perubahan berkelanjutan di wilayah Pakuhaji.
Bagi sebagian orang, jalan mungkin hanya sekadar infrastruktur. Namun bagi warga Kelapa Lima, jalan ini adalah simbol keadilan dan harapan.
Kini, setiap langkah kaki di atas aspal baru menjadi bukti bahwa perjuangan dan kesabaran mereka tidak sia-sia.
“Kami hanya ingin hidup yang lebih mudah, tidak perlu mewah,” ujar seorang ibu sambil menatap jalan yang berkilau diterpa sinar matahari pagi.
Dan di antara deru kendaraan yang kini melintas lancar, terdengar suara syukur warga yang tulus: “Akhirnya, jalan ini hidup kembali.”
Penulis: Sheren Jean Amanda
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)

Tidak ada komentar