Kontroversi AQUA Melahirkan Maklumat Salemba 2025

waktu baca 3 menit
Kamis, 6 Nov 2025 10:22 11 Nazwa

JAKARTA | BD — Isu eksploitasi air tanah dalam oleh industri air kemasan kembali mengemuka. Forum Dialog Pentahelix bertajuk “Kontroversi AQUA dan Momentum Akuntabilitas Ekologis Air” yang digelar di Salemba, Jakarta, melahirkan Maklumat Salemba 2025 — sebuah seruan moral lintas sektor untuk mereformasi kebijakan air nasional dan menegakkan keadilan ekologis.

Acara yang diselenggarakan oleh Pentahelix Center bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas MH Thamrin (FEB UMHT), IndexPolitica, dan Komunitas Kita Tanam Pohon (KTP) ini berlangsung pada Rabu, 5 November 2025. Forum tersebut dihadiri oleh unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, serta media.

Air Tanah Dalam, Cadangan Ekologis yang Dieksploitasi

Direktur Eksekutif Pentahelix Center Alip Purnomo menegaskan bahwa praktik pengambilan air tanah dalam oleh industri air minum dalam kemasan (AMDK) sudah melewati batas moral dan ekologis.

“Air tanah dalam adalah cadangan ekologis strategis, bukan sumber ekonomi jangka pendek. Kebenaran ilmiah tidak selalu berarti kebenaran ekologis. Air bisa murni secara kimia, tapi belum tentu murni secara moral,” ujarnya.

Secara satir, Alip mengusulkan agar istilah Produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ditinjau ulang karena menyesatkan secara semantik dan menutupi realitas ekologis.

“Perusahaan air kemasan tidak memproduksi air, melainkan mengambil air yang diproduksi alam lalu mengemasnya. Jadi istilah yang lebih jujur adalah Produsen Kemasan Berisi Air Minum (KBAM),” jelasnya.

Pernyataan ini mendapat tepuk tangan peserta, sebagai sindiran tajam terhadap cara industri mengklaim “produktivitas” atas sumber daya publik.

Ekonomi Harus Berpihak pada Kehidupan

Dari kalangan akademisi, Dekan FEB UMHT Dr. Ependi menegaskan pentingnya tanggung jawab moral perguruan tinggi dalam mengembalikan nilai-nilai ekologis ke dalam nalar ekonomi.

“Ekonomi yang mengeringkan air rakyat bukan ekonomi yang beradab. Kami berkomitmen mencetak ekonom yang pro-rakyat dan ramah lingkungan. Air bukan hanya faktor produksi, tetapi sumber peradaban,” tegasnya.

Ia menilai Maklumat Salemba 2025 sebagai momentum penting bagi dunia kampus untuk mengarahkan riset, kurikulum, dan kolaborasi menuju ekonomi hijau yang adil dan berkelanjutan.

Lima Seruan Moral Maklumat Salemba 2025

Di akhir dialog, peserta forum menyepakati Maklumat Salemba 2025, yang dibacakan bersama oleh Alip Purnomo dan Dr. Ependi. Dokumen ini memuat lima seruan moral utama:

  1. Audit Nasional Air Tanah Dalam — mencakup volume ekstraksi, dampak hidrogeologi, dan keterbukaan data publik.
  2. Transparansi Korporasi Air Kemasan — termasuk lokasi, kedalaman, dan volume pengambilan air.
  3. Peninjauan Ulang Izin Eksploitasi — di wilayah yang mengalami penurunan muka air tanah atau konflik sumber daya.
  4. Kebijakan Air Berbasis Keadilan Ekologis — menempatkan air sebagai hak hidup bersama, bukan komoditas semata.
  5. Pendidikan dan Kolaborasi Pentahelix — membangun kesadaran publik bahwa menjaga air berarti menjaga kehidupan.

Maklumat ini juga memperingatkan agar program konservasi tidak dijadikan alat greenwashing oleh korporasi. Ditekankan pula pentingnya audit independen atas klaim “air yang dikembalikan ke alam”.

Diteken Lintas Sektor

Maklumat Salemba 2025 ditandatangani oleh sejumlah tokoh lintas sektor, antara lain:
Prof. Dr. Mufti Mubarok (Kepala BPKN RI), Dr. Ishak Rafick (Direktur Masa Depan Institute), A. M. Jufri (kolumnis dan pengamat kebijakan publik), Rasanto Adi (Pusat Kajian DAS Universitas Indonesia), Edy Mulyadi (wartawan ekonomi senior), Asep Mulyana (Ketua Komunitas Kita Tanam Pohon), Dr. Ependi (Dekan FEB UMHT), serta Alip Purnomo (Direktur Eksekutif Pentahelix Center).

Selain para penandatangan utama, forum juga dihadiri akademisi, aktivis lingkungan, dan perwakilan masyarakat sipil yang menyatakan dukungan terhadap isi maklumat.

Air sebagai Martabat Kehidupan

Dalam wawancara penutup, Alip Purnomo menegaskan bahwa Maklumat Salemba bukan sekadar dokumen seremonial, tetapi panggilan moral bagi bangsa untuk mengembalikan air pada martabatnya sebagai sumber kehidupan.

“Air adalah kehidupan. Menjaganya adalah tanggung jawab moral. Mengeksploitasinya adalah pengkhianatan terhadap masa depan,” tegasnya.

Maklumat Salemba 2025 akan segera diserahkan kepada pemerintah dan lembaga terkait sebagai rekomendasi publik untuk pembaruan kebijakan air yang adil, transparan, dan berkelanjutan. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA