Pengalaman Mendampingi Siswa Mengikuti Olimpiade: Sebuah Kisah Mahasiswa UMT KKN di Thailand

waktu baca 4 menit
Jumat, 28 Nov 2025 11:48 22 Redaksi

KOLOM| BD — Sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang, Fakultas FKIP Prodi PBSI, yang tengah menjalani Pelatihan Profesi Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Thailand, saya tidak pernah menyangka akan mendapat kesempatan mendampingi para siswa Eakkapapsasanawich Islamic School dalam sebuah ajang besar. Olimpiade yang digelar pada 23 November 2025 di Sangthong Wittaya School itu menjadi panggung pembelajaran baru—bukan hanya bagi para peserta, tetapi juga bagi saya.

Ajang tersebut memperlombakan berbagai cabang seperti story telling, spelling bee, hingga pidato. Suasananya riuh, penuh energi, dan diikuti oleh siswa dari berbagai sekolah. Di tengah keramaian itu, saya bisa melihat bagaimana wajah-wajah para peserta berubah: ada gugup yang disembunyikan, ada keberanian yang dibangun perlahan.

Detik-Detik Sebelum Lomba

Beberapa menit sebelum lomba dimulai, para siswa terlihat tegang. Tangan mereka gemetar halus, suara mereka sedikit bergetar, tetapi mata mereka menunjukkan kemauan kuat untuk mencoba. Yang membuat saya terkesan, mereka tidak larut dalam rasa cemas. Mereka saling menyemangati, menarik napas panjang, dan mencoba menenangkan diri. Melihat itu, saya bertanya dalam hati: bagaimana mungkin anak-anak seusia mereka bisa seteguh itu?

Namun ketika sudah tiba waktu tampil, ketegangan berubah menjadi ketegasan. Mereka masuk satu per satu ke ruang kompetisi—ruang tertutup yang hanya boleh dihadiri juri. Sebagai pendamping, saya hanya bisa berdiri di depan kelas, memastikan semuanya berjalan sesuai jadwal, lalu memberikan suntikan semangat terakhir sebelum pintu tertutup dan sunyi kembali mengambil alih.

Menunggu dari Luar: Antara Cemas dan Bangga

Menunggu di luar ruangan justru menjadi momen paling panjang bagi saya. Di balik pintu itu, saya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Hanya bisa menebak-nebak apakah mereka lancar, apakah mereka ingat teksnya, atau apakah gugup berhasil dikendalikan.

Begitu pintu terbuka dan mereka keluar dengan wajah lega, saya pun ikut bernapas lebih ringan. Perlombaan berlangsung cepat, dan hasil diumumkan segera setelah semua peserta tampil. Masa menunggu hasil itulah yang paling mendebarkan: di situlah seluruh latihan, usaha, dan keberanian mereka berpuncak.

Wawancara Singkat dengan Sang Juara Story Telling

Salah satu pengalaman paling berkesan adalah kesempatan mewawancarai Zaitun, siswa kelas 12 Eakkapapsasanawich Islamic School yang memenangkan cabang story telling. Dari awal berbicara saja, terlihat bagaimana kepercayaan diri telah mengalir dalam dirinya.

Pertanyaan pertama saya:
“How do you feel about winning the competition?”

Ia tersenyum lebar sebelum menjawab,
“I feel so proud of myself. Before the competition begins, I was very nervous, but after that I could do it and I’m so proud of myself. Thank you to all teachers who supported me.”

Jawaban itu menunjukkan bahwa kemenangannya bukan datang begitu saja. Ia menaklukkan kecemasannya, lalu mengubahnya menjadi dorongan untuk tampil maksimal.

Ketika saya bertanya bagian paling menantang, ia berkata,
“The challenging part is when you show at many people and face the judges. At that moment, you have to control yourself and avoid being too excited. Just believe in yourself.”

Dari ucapannya, jelas bahwa tantangan utama bukan sekadar kemampuan bercerita, tetapi bagaimana mengatur ritme emosi di hadapan banyak orang.

Motivasinya mengikuti lomba pun sungguh matang:
“I wanted to challenge myself, and I thought I could do it to make myself, my teachers, and this school proud.”

Zaitun adalah bukti bagaimana tekad, keberanian, dan disiplin dapat membawa seseorang melampaui dirinya sendiri.

Pelajaran yang Saya Bawa Pulang

Pendampingan pada ajang ini memberikan saya lebih dari sekadar pengalaman organisasi atau akademik. Saya belajar bahwa menjadi pendamping bukan berarti harus menyaksikan penampilan peserta secara langsung. Kadang yang lebih berarti adalah merasakan perjalanan mereka dari luar ruang lomba: melihat gugup berubah menjadi keberanian, melihat cemas berubah menjadi lega, melihat proses menjadi kemenangan.

Pengalaman ini menjadi salah satu kenangan paling berharga selama PPL dan KKN saya di Thailand. Saya bersyukur bisa menjadi bagian kecil dari perjalanan besar para siswa itu.

Penulis: Siti Zahro Salamah
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA