Seni Berkata “Tidak”: Cara Lembut Menjaga Diri Tetap Utuh

waktu baca 3 menit
Rabu, 29 Okt 2025 19:12 108 Redaksi

OPINI | BD — Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, banyak dari kita terbiasa untuk selalu siap membantu. Kita jadi tempat curhat, bahu untuk bersandar, bahkan penolong bagi semua orang — tanpa sempat bertanya pada diri sendiri, “Aku baik-baik saja nggak, ya?”

Rasa takut menolak, takut mengecewakan, atau dianggap berubah sering kali membuat kita mengiyakan semua permintaan. Padahal, di balik senyum dan kata “iya” itu, hati dan tenaga bisa saja sudah nyaris habis. Lambat laun, kelelahan itu bukan datang dari tanggung jawab hidup, tapi dari keinginan untuk terus menjadi “orang baik” bagi semua orang.

Kebaikan Tak Selalu Harus Mengorbankan Diri

Menolong orang lain memang mulia, tapi menjadi “terlalu baik” kadang bisa melukai diri sendiri. Saat semua permintaan kamu kabulkan, ruang untuk bernapas bisa hilang. Kamu mulai kehilangan waktu untuk mengenali apa yang sebenarnya kamu butuhkan.

Padahal, menolak bukan berarti berhenti peduli. Kadang, cara terbaik untuk tetap bisa membantu orang lain adalah dengan menjaga diri sendiri lebih dulu. Kamu tidak bisa menuangkan air dari gelas yang sudah kosong — begitu juga dengan kebaikan.

Berani Berkata “Tidak” Juga Bentuk Cinta

Self-care bukan hanya tentang liburan, lilin aromaterapi, atau rebahan di akhir pekan. Self-care juga tentang keberanian berkata “tidak” — pada ajakan, beban, atau bahkan pada orang yang kamu sayangi, saat kamu tahu kamu sedang tidak sanggup.

Kata “tidak” bukan tanda egois. Ia adalah bentuk kejujuran dan kasih pada diri sendiri. Kamu tidak sedang menolak orangnya, kamu hanya sedang menjaga dirimu.

Menolong dengan Kesadaran, Bukan Karena Takut

Ada dua alasan orang membantu: karena tulus, atau karena takut kehilangan penerimaan. Yang pertama membawa ketenangan, yang kedua menimbulkan kelelahan.

Kebaikan sejati bukan tentang seberapa banyak kamu memberi, tapi seberapa sadar kamu melakukannya. Kamu boleh menolong, tapi kamu juga berhak beristirahat. Kamu boleh peduli, tapi juga berhak menjaga batas.

Tidak Egois, Hanya Manusia yang Tahu Batas

Batas bukan dinding untuk menjauh, tapi jembatan agar hubungan tetap sehat. Dengan memahami batas, kamu bisa tetap hangat tanpa kehilangan dirimu sendiri.

Kalimat sederhana seperti, “Maaf, aku belum bisa sekarang,” bisa jadi bentuk cinta paling jujur — karena kamu memilih untuk tidak membantu dengan setengah hati.

Tetap Baik, Tapi Jangan Lupa Diri

Menjadi baik bukan berarti harus selalu hadir untuk semua orang. Kadang, cara terbaik untuk menjadi orang baik adalah dengan memastikan kamu tidak hancur dalam prosesnya.

Jangan takut berkata “tidak.” Jangan merasa bersalah saat memilih dirimu sendiri. Dunia tidak butuh kamu yang sempurna — dunia butuh kamu yang utuh, tenang, dan masih punya cinta untuk diberikan.

Karena pada akhirnya, bahkan matahari pun tahu kapan harus tenggelam — bukan untuk menyerah, tapi untuk kembali bersinar esok hari dengan cahaya yang lebih lembut.
Dan mungkin, kamu juga bukan batu karang yang harus menahan ombak tanpa henti. Kamu juga berhak jadi laut yang tenang — memeluk dirimu sendiri dalam keheningan.

Penulis: Meilin Aulia Jasmine
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA