SK Larangan Study Tour di Jabar Picu Aksi Demo, Dedi Mulyadi Tak Akan Mundur

waktu baca 2 menit
Selasa, 22 Jul 2025 09:56 13 Nazwa

JAWA BARAT | BD – Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang penyelenggaraan study tour bagi pelajar sekolah, memicu gelombang protes dari para sopir bus serta pelaku usaha travel pariwisata. Mereka merasa terdampak secara ekonomi oleh aturan tersebut dan menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Sate, Bandung, pada Senin (21/7). Dalam aksi itu, para demonstran turut memblokade jalan di kawasan Jembatan Pasopati.

Menanggapi reaksi keras tersebut, Dedi menegaskan bahwa larangan yang dikeluarkannya tidak berlaku untuk seluruh sektor pariwisata, melainkan hanya untuk kegiatan study tour pelajar. Melalui akun Instagram pribadinya pada Selasa (22/7), ia menjelaskan, “Yang dipermasalahkan adalah pariwisatanya, padahal yang saya larang adalah study tour. Aksi ini justru mengonfirmasi bahwa kegiatan tersebut lebih condong ke rekreasi daripada edukasi.”

Menurutnya, unjuk rasa dari pelaku pariwisata menunjukkan bahwa kegiatan study tour yang selama ini diklaim memiliki nilai pendidikan, pada kenyataannya lebih mengarah pada kegiatan hiburan. Ia juga menyebut bahwa aksi protes tersebut mendapat dukungan dari komunitas Jeep di Yogyakarta yang biasa melayani wisata di kawasan Gunung Merapi.

Lebih lanjut, Dedi menyebut penolakan terhadap kebijakan ini tak hanya datang dari wilayah Jawa Barat saja, tapi juga dari pelaku wisata di daerah lain. Meski begitu, ia menyatakan tidak akan mengubah pendiriannya. “Saya tetap berkomitmen untuk melindungi para orang tua dari pengeluaran yang tidak esensial di luar kebutuhan pendidikan,” ujarnya.

Ia menambahkan, banyak keluarga yang merasa keberatan dengan biaya tambahan yang muncul saat sekolah mengadakan study tour. Oleh karena itu, kebijakan ini dirancang untuk menjaga fokus pendidikan agar tidak terganggu oleh beban finansial yang tidak relevan. “Sikap saya tetap akan berpihak pada kepentingan masyarakat luas, dengan memprioritaskan efisiensi biaya dan keberlangsungan pendidikan yang berorientasi pada nilai karakter serta prinsip pendidikan Pancawaluya,” tegasnya.

Dedi juga berharap sektor pariwisata tetap berjalan dan dinikmati oleh masyarakat yang memang memiliki kemampuan finansial. Ia menilai bahwa dunia pendidikan tidak seharusnya dijadikan target utama industri wisata. “Biarlah yang berwisata itu mereka yang memang mampu atau wisatawan asing, bukan masyarakat berpenghasilan terbatas yang akhirnya terpaksa ikut kegiatan seperti study tour karena tekanan sosial,” pungkasnya. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA