Tuntutan Mahasiswa di HUT Kota Tangerang ke-32

waktu baca 2 menit
Jumat, 28 Feb 2025 21:09 160 Redaksi

KOTA TANGERANG | BD — Pada tanggal 28 Februari 2025, Kota Tangerang merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-32 dengan suasana yang berbeda. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Koalisi Mahasiswa Cabang Tangerang menggelar aksi unjuk rasa di tengah perayaan tersebut. Aksi ini melibatkan berbagai organisasi, termasuk Forum Aksi Mahasiswa Tangerang, Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia Cabang Tangerang, Pelajar Islam Indonesia Daerah Kota Tangerang, dan Pemuda Neglasari.

Meskipun demonstrasi di pusat pemerintahan Kota Tangerang tersebut berlangsung dengan damai, kekecewaan menyelimuti para mahasiswa karena tidak ada pejabat Kota Tangerang, termasuk Ketua DPRD dan perwakilan Wali Kota, yang bersedia menemui mereka. Ketidakhadiran ini semakin memicu kemarahan massa, yang merasa pemerintah Kota Tangerang bersikap anti kritik dan mengabaikan berbagai masalah yang ingin mereka sampaikan.

Finna, Koordinator Lapangan, dengan tegas menyampaikan tuntutan mereka kepada pemerintah. “Tuntutan kami jelas, berkaitan dengan isu-isu krusial seperti pembentukan dewan pendidikan rakyat dan penggratisan pendidikan serta kesehatan,” ujarnya dengan semangat yang membara.

Di sisi lain, Indri Damayanthi, Ketua Umum SEMMI Cabang Tangerang, menyoroti berbagai masalah penting terkait pembangunan fisik di daerah. “Ada banyak kasus yang perlu diselesaikan, seperti dugaan korupsi di RSUD Panunggangan Barat, RSUD Jurumudi Baru, dan SMPN 34 Kota Tangerang,” tegasnya, menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran daerah.

Aksi ini juga melibatkan organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Reyzan Sulaeman, Ketua PII Kota Tangerang, mengungkapkan keprihatinannya terhadap praktik pungutan liar di sekolah-sekolah. “Banyak siswa yang kesulitan membayar biaya sekolah, bahkan ada yang ijazahnya ditahan. Pungli yang dilakukan pihak sekolah harus menjadi perhatian serius pemerintah,” jelas Reyzan, menambahkan bahwa pendidikan seharusnya menjadi hak yang dapat diakses oleh semua.

Akhirnya, aksi unjuk rasa ditutup dengan pembacaan tuntutan oleh para mahasiswa, yang menegaskan perlawanan mereka terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Suara mereka menggema di gedung Wali Kota, menandakan bahwa generasi muda tidak akan tinggal diam terhadap ketidakadilan dan akan terus memperjuangkan hak-hak mereka. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA