Tangerang | BD – Upaya persuasif hingga tembakan ke udara sebagai peringatan tidak diacuhkan. Komplotan itu justru makin beringas, bahkan berusaha melukai anggota reserse dari Polresta Badung Denpasar. Akhirnya, tembak-menembak pun tidak terhindarkan.
Demikian penggalan kisah Kapolres Metro Tangerang Kota Komisaris Besar Zain Dwi Nugroho selama menjadi anggota Bhayangkara. Adu tembak itu terjadi saat Zain menjabat sebagai Kaurbinops Reskrim Polresta Badung, pada 2000 lalu.
Kala itu, gerombolan orang tidak dikenal merampok beberapa nasabah bank di wilayah Denpasar, Bali. Korban bahkan mengalami luka akibat terkena tembakan senjata api dari para pelaku.
Pria kelahiran 3 Mei 1976 itu menjelaskan, polisi menerima informasi dari masyarakat terkait dugaan pencurian disertai kekerasan terhadap seorang nasabah bank ternama di Denpasar. Zain pun merespons informasi tersebut dan langsung memimpin operasi pengejaran para terduga pelaku.
“Komplotan pelaku dilengkapi dengan senjata tajam dan senjata api. Kalau kalah cepat, bisa saja kita yang jadi korban,” cerita lulusan Akpol 1997 itu kepada BantenDaily, Jumat, 14 April 2023.
Beruntung, peristiwa menegangkan tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi tim reserse kriminal di bawah kendali Zain. Polisi pun berhasil melumpuhkan dan mengamankan kawanan penjahat itu.
Sebelum bergerak memburu komplotan perampok, alumni Akpol 1997 tu menekankan, agar seluruh personel tetap berhati-hati dan mengantisipasi tiap potensi bahaya.
“Kita menyampaikan ke anggota untuk tidak terlalu percaya diri, jangan underestimate, karena pelaku kejahatan itu tidak serta-merta beraksi dengan tangan kosong. Tetap waspada terhadap apapun potensi perlawanan,” ucap mantan Kapolsek Pamulang itu.
Bagi Zain, tembak-menembak merupakan salah satu risiko pekerjaan sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban umum, termasuk dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum. Hal terpenting, menurut alumnus Magister Sains Universitas Indonesia itu, yaitu memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.
Menjadi seorang polisi memang cita-cita Zain sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Ketertarikan eks Kapolsek Metro Tamansari itu bermula dari sosialisasi masif oleh para senior tamatan Akpol di sekolah-sekolah. Begitu lulus, dia membulatkan niat dan tekad untuk mendaftar sebagai calon taruna Akpol.
“Apalagi menurut saya polisi ini kan kerjanya adalah pekerjaan mulia yang selalu berdekatan dengan masyarakat, saya juga lihat di mana-mana ada polisi. Karena dorongan itu saya ingin mengabdikan diri untuk masyarakat, bangsa dan negara,” ujarnya.
Menurut Zain, polisi adalah profesi mulia. Sebab, polisi selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Terlebih polisi memiliki tiga asas kewajiban, yaitu melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat.
Selama berkarier di kepolisian, Zain pernah mengemban sejumlah jabatan penting, mulai dari kapolsek hingga kepala satuan kerja. Sebelum memegang tongkat komando sebagai pimpinan Polres Metro Tangerang Kota, peraih Satyalancana Ksatria Bhayangkara itu dipercaya mengomandani Polres Metro Kota Tangerang.
“Saya tidak pernah bermimpi dan berambisi seperti jabatan sekarang ini, saya hanya berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Dan alhamdulillah, pimpinan memberikan kepercayaan kepada saya. Amanah ini tetap saya jaga,” ujar mantan Dirreskrimum Polda Riau itu.
Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, Zain memiliki prinsip “jangan lupa bersyukur.” Ujarnya. Bersyukur akan menunjukkan jati diri tiap orang, memotivasi untuk hidup mandiri, serta mengendalikan diri ketika mengalami hal-hal tertentu.
“Bersyukur dalam hal apapun, karena kita selalu kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila kita bersyukur atas setiap yang diberikan-Nya, maka pasti kita akan mendapatkan yang lebih baik,” pungkas lulusan Sespimti Polri 2021 itu. (Mat/Rom)
Tidak ada komentar