OPINI | BD — Setiap manusia tak terhindarkan dari yang namanya berbicara dengan sesama manusia. Sudah merupakan sunatullah dalam kehidupan komunikasi harus terbangun dengan baik berdasarkan kebutuhan satu sama lain. Hal inilah yang menjadikan sumber kedatangan kebaikan, baik bentuknya informasi atau silaturahmi.
Komunikasi sesuatu hal yang perlu dijaga dan didalamnya terbangun sebuah informasi yang bisa tersampaikan dengan baik. Adakalanya komunikasi berjalan tidak baik karena tidak ada respon didalamnya bisa karena menyepelekan lawan bicara atau informasi yang disampaikan tidak penting. Hal inilah yang dikhawatirkan menjadi perselisihan, bagaimana kita selalu menghargai dan memanusiakan manusia tanpa melihat siapa yang berbicara.
Pastinya setiap kita membutuhkan cara agar komunikasi bisa berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Nabi Muhammad SAW sangat berperan besar dalam membangun pondasi keteladanan berkomunikasi dengan cara formula komunikasi santun, berkualitas serta jauh dari perkataan yang tercela atau menyakiti orang lain.
Nabi kita, Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang sukses dalam merangkul, mengajak dan memakai argumentasi dengan baik kepada lawan bicaranya. Nabi Muhammad sangat menghargai dan merespon orang yang berbicara dengannya dengan sangat baik dan santun.
Adapun kiat kesuksesan beliau membangun hubungan dengan baik kepada sesama manusia antara lain :
1. Nabi Muhammad SAW berbicara tegas dan selalu tersenyum ramah. Sebagaimana dalam hadits yang artinya : Nabi tersenyum ketika bertemu dengan saudaranya yang merupakan Ibadah. Jadi senyum adalah Ibadah.
2. Nabi Muhammad SAW memiliki kepribadian ramah dan rasa empati kepada orang lain. Rasulullah dalam berbuat sesuai dengan apa yang dia ucapkan. Sikapnya ramah dan menghargai serta menghormati pendapat lawan bicaranya. Nabi pernah bersabda : Orang yang beriman itu bersikap ramah dan tidaklah ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah.
3. Nabi Muhammad SAW dalam berkomunikasi dengan tutur kata yang baik dan runtun artinya kedalaman bahasanya bisa difahami dan mudah dimengerti.
Disinilah kita umatnya sekaligus pengikutnya harus mampu mencontoh dan meneladani cara berbicara atau berkomunikasi Nabi Muhammad SAW yaitu keramahannya, kelemahlembutannya dalam bertutur kepada lawan bicara sehingga menghasilkan komunikasi yang baik.
Hindarkan berbicara dan berkomunikasi serampangan atau menyakiti perasaan lawan bicara kita. Berkomunikasi yang baik berbicara dengan mengendalikan emosi dan hawa nafsu, dan harus memperhatikan diri dalam penampilan.
Berkomunikasi yang baik merupakan kunci terwujudnya berbagai tujuan. Maka ketika kita berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain haruslah mampu meninggalkan kesan yang baik.
Sebagaimana Rasulullah selalu berinteraksi dengan orang lain dengan ramah, baik menghormati dan menghargai sehingga orang yang diajak berbicara merasa dihargai dan seakan akan penting.
Kalau dilihat di zaman milenial ini komunikasi atau berbicara dengan sesama terkadang melihat status sosialnya sehingga ada kesan menyepelekan dan kurang respon ditambah lagi ketika berbicara tidak fokus berhadapan kepada lawan bicara tetapi fokus sambil melihat telpon genggam.
Adab dan etika di zaman sekarang dikesampingkan bahkan rasa empati dan simpati kepada orang lain tidak ada lagi. Munculnya kesibukan dengan gawai di tangan mengacuhkan serta cara berkomunikasi yang salah menimbulkan sakit hati terhadap sesama. Allah SWT padahal sudah mengingatkan kepada manusia yang artinya : Dan katakanlah perkataan yang benar.
Komunikasi terhadap sesama merupakan sesuatu kebutuhan dalam keseharian hidup. Tentunya untuk membentuk interaksi sosial yang baik serta saling bantu dan manfaat terhadap sesama. Maka Allah SWT telah memberikan alur atau cara berkomunikasi yang baik di dalam berkeluarga dan bermasyarakat, ada 6 cara berkomunikasi dalam Al Qur’an yaitu :
1. Qoulan Sadida berkata benar dan jujur. Dalam tafsir Qurtubi menjelaskan kata Assadid yaitu perkataan bijaksana dan benar.
2. Qoulan Baligha perkataan yang efektik berbekas pada jiwa. Dalam tafsir Al Maraghi menerangkan makna baligha mengarah kepada perkataan yang membekas tertanam dalam jiwa.
3. Qoulan Ma ‘rufa perkataan yang santun, jika menyindir tidak kasar dan tidak menyakiti.
4. Qoulan Karima perkataan yang mulia dibarengi rasa hormat. (Tafsir Ibnu Katsir) lembutan.
5. Qoulan Layina perkataan lemah lembut perkataan yang enak didengar dan menyentuh hati.(Tafsir Qurtubi)
6. Qoulan Maysura perkataan yang mudah difahami. Semoga kita mampu bertutur kata yang baik sesuai Al Qur’an dan mencontoh perkataan Nabi Muhammad SAW. Wallahu A’lam bishawwab.
Penulis : Dr. Zulkifli, MA
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang
Tidak ada komentar