KOTA TANGERANG | BD – Sejumlah orang tua siswa di SDN Cimone 6, Kota Tangerang, menyampaikan keluhan terkait menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang disediakan di sekolah. Mereka menilai porsi makanan yang diberikan terlalu kecil dan variasinya kurang memenuhi kebutuhan gizi seimbang bagi anak-anak.
Menu yang menjadi sorotan terdiri dari satu buah pisang, tiga butir telur puyuh, satu kentang rebus, dan enam butir kacang tanah. Kondisi ini dianggap tidak memenuhi standar asupan gizi harian yang dibutuhkan siswa untuk mendukung aktivitas belajar mereka.
“Sungguh aneh menunya hanya satu pisang, tiga telur puyuh, satu kentang rebus yang kurang matang, dan hanya enam biji kacang tanah,” ungkap salah satu orang tua siswa pada Kamis, 18 September 2025.
Menanggapi hal tersebut, Syafei, guru sekaligus penanggung jawab makanan di sekolah, menjelaskan bahwa menu MBG mengalami perubahan khusus selama masa ujian tengah semester.
“Karena sedang ujian tengah semester, kami mengganti menu dengan snack ringan selama satu minggu penuh, dari Senin sampai Jumat,” jelas Syafei kepada wartawan.
Ia menambahkan bahwa pihak sekolah sebelumnya sudah menyampaikan keberatan terkait porsi makanan, namun penyedia MBG menegaskan bahwa selama ujian menu tidak akan berupa paket lengkap seperti biasanya.
Sementara itu, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Badan Gizi Nasional Cimone Karawaci, Kota Tangerang, Aisyah Meylinda Batiah, menegaskan bahwa menu MBG tetap disusun sesuai pedoman gizi seimbang dengan penyesuaian untuk kondisi ujian sekolah.
“Terima kasih atas masukan yang diberikan. Karena anak-anak SD sedang menjalani ujian, kami menyiapkan menu berupa makanan kering,” ujar Aisyah.
Ia menjelaskan bahwa menu tersebut mengandung karbohidrat dari kentang rebus, protein hewani dari tiga butir telur puyuh, protein nabati dari kacang tanah rebus, serta pisang sebagai sumber vitamin.
Selain itu, pihaknya menghindari makanan kemasan yang tinggi gula guna memberikan asupan yang lebih sehat. Meski demikian, Aisyah mengakui masih terdapat kendala dalam penggunaan plastik untuk pengemasan.
“Kami menyadari pengemasan masih menggunakan plastik. Kami mohon maaf atas keterbatasan ini dan berkomitmen untuk memperbaikinya agar lebih ramah lingkungan,” tutupnya. (*)
Tidak ada komentar